"Ngapain lo kesini?" ucap Juned yang pertama menyadari keberadaan Sabian.
Juned, Medong, dan Indra lantas beranjak dari duduk nya dan menghampiri Sabian.
"Gue mau jenguk Dika." ucap nya pelan.
"Dika nggak butuh lo jenguk, mending--"
"Jun," intrupsi Dika menghentikan ucapan Juned dan cowok itu menoleh ke arah nya.
"Udah gapapa, niat dia baik dateng ke sini. Dong, bawa dulu Juned keluar." Medong pun tanpa banyak bicara membawa Juned keluar dan tersisa Dika, Indra dan Sabian di ruangan itu.
Sabian mendekat ke brankar Dika. "Gue minta maaf, Dik." ucap nya penuh dengan nada penyesalan.
Dika belum merespon. "Gue nyesel sama perbuatan yang udah gue lakuin ke lo, cuma karena Tsania yang deket sama lo."
"Setelah ini kalo pun lo nggak maafin gue, gapapa Dik gue terima itu. Karena gue berhak buat nggak lo maafin, gue dateng ke sini karena gue merasa bersalah sama lo, sangat." ucap nya lalu menundukkan kepala nya.
Dika menghela napas pelan. "Pertama, makasih lo udah jenguk gue. Kedua, gue udah maafin lo. Ketiga, gue harap lo bisa jadi orang yang lebih baik lagi ke depan nya. Semua yang udah terjadi, udah begitu ada nya. Cukup semua nya bisa lo jadiin pelajaran, karena kesempatan nggak ada dua kali. Jadi perbaiki diri lo." Ucap Dika.
Sabian menyatukan kedua tangan nya. "Makasih Dik, makasih banyak. Setelah ini gue akan berusaha jadi orang yang lebih baik lagi, dari lo gue banyak belajar. Dan Tsania emang lebih cocok sama lo." ucap Sabian.
"Kalo gitu gue pamit, ini sedikit buat lo." Lanjut Sabian kemudian menyerahkan sebuah kue kepada Dika.
"Makasih, gue titip pesen sama lo. Jadi orang baik." Ucap Dika yang diangguki oleh Sabian.
Begitu membuka pintu, berbarengan dari arah luar Tsania yang akan masuk ke dalam.
"Lo ngapain?" Tanya Tsania lalu pandangan nya beralih pada Dika yang sedang berbaring.
"Kebetulan gue ketemu lo disini, gue mau minta maaf juga sama lo. Mungkin gue udah nyakitin lo atau bahkan bohongin lo." Tsania mendengus. "Gue udah maafin lo, mending sekarang lo pergi dari sini."
"Gue emang bakal pergi, dan nggak bakal ganggu lo lagi. Makasih." Ucap Sabian lalu pergi dari sana.
Sepeninggal Sabian, Tsania masuk ke dalam ruangan Dika.
"Dra, itu minuman nya ada di luar sama Juned. Atau mau gue ambilin?" Indra praktis menggeleng. "Nggak usah, gue ambil sendiri aja." ucap nya lalu melangkah keluar.
Kemudian Tsania duduk kembali di samping brankar. "Aldo mana?" Tanya Dika.
"Lagi di luar, makan eskrim sama Juned. Tadi di ajakin masuk nggak mau." jawab Tsania.
Dika pun mengangguk sebagai balasan. "Oiya, dessert nya ko belum di makan? Itu enak banget tau Dik!" ucap Tsania kala melihat dessert nya masih terbungkus dengan rapi.
"Oh ya? yaudah gue mau makan kalo gitu." Ucap Dika kemudian dibantu Tsania untuk merubah posisi nya menjadi duduk.
"Nih," Tsania pun menyerahkan dessert nya pada Dika. Dika pun menyendokkan lalu ia makan.
"Gimana? Enak kan?" Tanya Tsania.
"Manis banget Tsan." ucap nya membuat Tsania mengerutkan dahi nya. "Masa sih? Padahal ini varian yang nggak manis banget."
"Iya manis banget, karena makan nya di depan lo." ucap Dika yang sukses mendapat geplakan dari Tsania.
"Gombal." Dika terkekeh. "Gimana ujian? Susah?" Tsania pun mengangguk pelan. "Ya, lumayan susah-susah gampang."
"Terus, terakhir kapan?" Tanya Dika. "Besok, besok hari terakhir abis itu tinggal nunggu kelulusan."
Dika pun mengangguk-anggukan kepala nya. "Ada acara prom night?" Tsania mengerutkan dahi nya. "Ada, ko lo tau?"
Dika pun tersenyum. "Gue kan punya mata-mata."
Lantas Tsania pun balas tersenyum. "Oh gitu ternyata masih ya, lo bayar nggak mata-mata nya?" Dika mengangguk kemudian menyuapkan dessert nya.
"Hebat ya punya mata-mata." Dika pun mengangguk dan berlagak sombong. "Iya dong siapa dulu, Mahardika."
Tsania pun manggut-manggut. "Iya iya tau ko, lo hari ini pulang kan?" tanya Tsania.
"Iya hari ini pulang," ucap Dika.
Tsania beranjak dari duduk nya. "Ada yang mau di beresin nggak?"
"Nggak ada, udah sini duduk lagi." titah Dika. Tsania masih tetap berdiri kemudian kedua bola mata nya melihat ke sekeliling barangkali ada yang harus ia bereskan.
Tetapi memang tidak ada. Hanya tersisa beberapa buah, kue, dan biskuit yang masih terbungkus rapi. Tsania pikir barangkali ada barang yang harus di kemas.
"Hei sini, malah diem kaya patung." ucap Dika kemudian Tsania kembali duduk pada akhirnya.
"Lo bawa baju ganti?" tanya nya. "Bawa, itu ada di tas." ucap nya lalu menunjuk tas yang berada di sofa.
"Semua nya tadi udah di beresin sama Indra, Medong sama Juned kalo lo mau tau. Jadi nanti gue tinggal ganti baju aja. Abis makan ini gue ganti." lanjut Dika.
"Yaudah gue ambilin ya baju nya," ucap Tsania kemudian membuka tas yang berada di sofa lalu mengambil kaos dan celana jeans tak lupa hoodie hitam yang sudah sangat sering cowok itu pakai.
Tsania pun menyerahkan barang yang tadi ia ambil kepada Dika. "Udah nggak lemes kan?" Dika menggeleng kemudian berjalan menuju toilet yang berada di dalam ruangan nya.
Sembari menunggu Dika, Tsania mengecek keluar ruangan untuk memastikan Aldo masih bersama teman-teman nya Dika. Ternyata Aldo sedang main game di ponsel Juned.
"Ngeliat apa?" Tsania menoleh mendapati Dika sudah berganti pakaian. "Itu ngeliat Aldo takut nya nggak ada." ucap nya.
"Ada tapi?" Tsania mengangguk. "Ada lagi mainin hape nya Juned."
Kemudian Tsania melangkah ke brangkar lalu merapikan selimut yang di pakai Dika selama sakit.
"Yaudah ayo pulang." ajak Dika. Tsania mengambil bungkusan yang berada di nakas lalu keluar dari ruangan rawat inap bersama Dika.
🌻🌻🌻
Maafin banget lagi nggak ada ide😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
STM; Sekolah, Tawuran dan Maura.
Teen Fiction[Tolong follow dulu sebelum membaca] Kisah ini berawal dari Insta-Eh! Wattpad. Seorang gadis yang baru saja pulang sekolah lengkap dengan kerudung putih segiempat yang melekat di kepala nya tanpa sengaja di tabrak seorang cowok dengan penampilan ura...