~❤~
Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.
Yaudahlah, happy reading❤
| Ssst ini Rahasia! |
Erik, Udin, dan Loli pamit kembali ke sekolah dan menyisakan Maya juga Rini di kamar Anya.
Maya dan Rini memang izin agak lama karena mereka sahabatan sejak lama. Untungnya Bu Suk menginzinkan.
Tok! Tok! Tok!
Maya langsung beranjak dari atas ranjang menuju pintu yang diketuk. Dia kemudian membukanya.
Nampaklah Sarminah yang membawa tiga gelas dengan isi jus pisang di atas nampan plastik coklat. Dia tersenyum kemudian berjalan menghampiri nakas untuk meletakkan nampan ini.
Maya menutup pintu lalu kembali duduk di samping Anya. "Nya," panggil Sarminah membuat Anya yang semula memejamkan mata langsung membukanya dan menoleh ke Sarminah.
"Iya?" jawab Anya dengan suara lemah.
"Diminum obatnya, biar cepet sembuh terus cepet belajar habis tuh cepet lulus," nasehat Sarminah membuat Anya mengangguk.
Sarminah memberikan tiga buah obat pil yang ukurannya bervariasi, ada yang bulat kecil, ada yang lonjong kecil, dan ada yang pil sedang berwarna kuning.
Anya beringsut duduk dibantu Rini, walaupun dia sudah tidak merasakan sakit dan hanya pening saja, tapi dia membiarkan Rini membantunya duduk. Sarminah memberikan air jus itu yang langsung diterima Anya.
Saat Anya memegang gelas di tangan kanan dan obat di tangan kiri tanpa disengaja mata Maya menangkap sesuatu berkilau yang melingkar di jari manis tangan kanannya. Maya tahu itu apa, dia menyipitkan mata dengan curiga.
Rini tidak mengetahui apa yang dilihat Maya karena dia fokus dengan minumannya. Setelah Anya selesai meminum obat dan meletakkan gelas di atas nampan Sarminah pamit undur diri.
Kini mata Maya menatap curiga ke mata Anya membuat yang ditatap itu merasa gelisah. Anya kembali tidur dan memasukkan kedua tangan ke selimut.
Duh, kok Maya ngeliatin aku gitu, sih? Dia kek detektif canon aja mukanya. Apa dia mau ngomong sesuatu atau hal lain? Duh, kok aku gugup yak? Apa jangan-jangan dia udah ngeliat cincinku? batin Anya cemas dia curi-curi pandang dengan dahi berkeringat ke arah Maya.
"Anya?" panggil Maya dengan mata mengintimidasi membuat Rini bingung. Anya langsung tegang, dia menatap Maya dengan senyum kikuk.
"I--iya, May," jawab Anya.
"Kenapa mata muka lo git--" Ucapan Rini berhenti karena dengan cepat telunjuk Maya menempel di bibirnya yang membuat Rini langsung berusaha menjauhkan jari itu.
"Sssst! Ini urusanku dan Anya, kau diem aja, Rin!" kata Maya tanpa mengalihkan pandangan dari Anya dan masih mempertahankan jari telunjuknya.
Akhirnya dengan susah payah, telunjuk Maya menjauh dari bibir Rini dan dengan segera Rini mengelap bibirnya. "Cih! Bau terasi tahu enggak! Kamvret lo May! Bibir gue yang rasanya cerry jadi ternodai oleh bau tras--"
Lagi-lagi telunjuk Maya menghentikan ucapan Rini. "Diem, Rin! Banyak omong kau nih kayak burung beo Anya di rumah tetanggaku," kata Maya sambil melirik Rini sekilas.
Rini yang kesal langsung menghempaskan jari telunjuk Maya dan menghentak-hendakkan kaki. "Nyebelin lo! Gue balik ke kelas ajalah, males banget di sini, jadi nyamuk gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Sah? [ END ]
Teen Fiction(Proses Revisi) Genre : romance - comedy FOLLOW SEBELUM BACA :V Blurb: Ini hanyalah sebuah fiksi remaja yang disajikan dengan berbagai bumbu cerita. Ada canda dan ada sedikit duka. Ada keunikan dan dilema. Apalagi kisah si polos yang mencoba berba...