Keknya Lagi Nge-date

98 25 7
                                    

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Keknya Lagi Nge-date |

Sintia tersenyum puas ketika acara pertunangan ini terlaksana seperti yang diinginkan walaupun sejak awal Anya selalu menundukkan kepala dan enggan menampakkan wajahnya.

Jari manis Anya dan Briyan sudah melingkar cincin yang berkilau. Anya tahu, ini cincin mahal, maka dia akan menjaganya. Namun, mengingat ini adalah pertanda ikatan pertunangan, Anya jadi merasa ingin menanam cincin mahal ini.

Siapa tahu 'kan, cincinnya tumbuh subur dan berbuah berlian ketika ditanam nanti?

"Alhamdulillah, anak kita sudah bertunangan, tinggal nunggu Anya lulus SMA barulah pernikahan akan dilaksanakan," kata Sarminah dengan senyum yang mengembang sambil mengelus bahu Anya pelan.

Sintia dan keluarganya ikut tersenyum. "Iya, bener, Bu. Nak Anya dan Briyan, kalian nge-date, gih. Biar tambah deket."

Perintah dari Sintia membuat napas Anya tercekat bahkan bola matanya kembali melebar. Sungguh, Anya sangat gugup dan merasa nyawanya berada di ujung tanduk.

Namun, apa yang bisa Anya lakukan? Untuk berkata saja dia kesulitan bagaimana dia ingin menolak? Anya memutar otak untuk mencari alasan, dia belum siap dekat dengan Briyan.

Anya menemukan ide membuatnya tersenyum dan mengangguk, pertanda dia mau nge-date dengan Briyan. Pemuda yang menjadi tunangannya itu tersenyum lebar sambil menatap Anya walaupun tidak dapat melihat wajahnya.

Briyan dengan semangat 45 langsung berdiri membuat mata tertuju padanya, tapi tidak dengan Anya. Pemuda blasteran Arab itu mengulurkan tangan kanan di depan wajah Anya dan sedikit membungkuk.

"Hanyalita, maukah kamu berkencan denganku?" ucap Briyan lugas dan lembut membuat Sintia baper sendiri.

Lengan kanan Abiraham dipukul pelan oleh istrinya membuat pria itu menoleh. "Kenapa, Mah?"

"Kapan kamu ada waktu ngajak aku kencan, Pah? Aku iri," rengek Sintia sambil memeluk manja lengan suaminya.

"Hmm, malam ini juga bisa," jawab Abiraham sambil menatap istrinya. Membuat Sintia tersenyum lebar sangking bahagianya.

Anya semakin meremas jari sangking gemetarnya. Bukannya dia menerima uluran tangan itu dengan cepat, dia malah menundanya.

Anya, terima aja biar Om ini sama Anya bisa nge-date terus buat dia ilfeel sama Anya. Hmmp, tapi aku grogi. Ya Allah. Perihal cuma pegangan tangan aja kok jadi grogi gini? Malah gemeteran lagi! Astagfirullah, apa dosaku? Eh, dosaku banyak deng. Hiks, Emak jahat! batin Anya bergelut dengan otaknya.

Briyan dengan sabar menunggu ulurannya disambut pun hanya bisa menahan rasa kram di kedua lutut dan malu karena kelamaan. Perlahan, tapi tidak pasti, tangan Anya mulai lepas dari remasan dan mulai terangkat dengan gemetar membuat Briyan mengernyitkan dahi.

Apakah Anya segerogi itu? Sampai-sampai gemetar? Atau karena dia belum pernah diajak gandengan? Anya kenapa? batin Briyan.

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang