Konflok

100 22 10
                                        

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Konflok |

"Gimana? Anya udah ketemu?"

Baru saja Papan masuk rumah sudah langsung diserbu pertanyaan oleh Sarminah. Papan lelah, dari pulang Kuliah sampai mau magrib Anya belum ketemu.

Di mana Anya?

Sejak tadi, tikus Anya yang bernama Lulu sangat gelisah hingga memakan semua bawang di dapur. Maka dari itu, Anya diperlukan dalam mengatasi masalah ini.

Papan mendaratkan pantat di kursi lalu memejamkan mata. "Belum, Mak. Anya mungkin main ke rumah temennya kali tanpa izin."

Sarminah duduk di samping Papan, wajahnya menampilkan mimik panik. "Duh, Anya. Kamu tahu dari mana kalau Anya main ke rumah temennya tanpa izin?"

"Siapa tahu, kan?" Papan menggidikkan bahu.

"Apa jangan-jangan ..." Sarminah menutup mulut karena takut jika dia melanjutkan perkataan maka akan terjadi.

"Jangan-jangan apa, sih, Mak? Mana ada yang mau nyulik Anya, dia, kan, bego, tengil, dan suka melihara hewan-hewan antimaestrim. Emang yang nyulik mau apa, kalau nanti Anya ngamuk gara-gara mau pelihara Bison, tapi enggak diturutin? Mana ada yang mau, Mak. Jangan khawatir." Papan berkata kalem tanpa membuka mata.

Sarminah menghela napas lalu memukul pelan bahu Papan. "Jangan bercanda kamu, Pan! Ini masalah serius! Emak enggak mau tuh anak diperkosa orang dan pernikahan dengan Briyan dibatalkan."

Papan menghela napas. "Tenang, Mak. Anya cerewet, Mak, mana ada yang tahan sama kicauannya."

"Hufft, yaudah kita tunggu beberapa jam lagi. Kalau Anya enggak pulang, kita lapor polisi."

"Hmm."

***

Anya menggeliat, sayup-sayup membuka mata karena lampu sorot yang menyilaukan mata membuatnya sadar. Anya mengernyitkan dahi ketika memandang ke sekitarnya yang gelap.

Hanya Anya-lah yang terkena lampu sorot itu. Anya mengedarkan pandangan. Dia di mana? Siapa yang menculiknya?

Anya hendak berdiri, tapi sangat sulit karena kedua kakinya terikat di kaki kursi. Kedua tangannya juga terikat di belakang. Anya baru sadar kalau dia tidak mengenakan tas dan mulutnya dilakban.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki membuat mata Anya menatap lurus ke depan. Nampak siluet cowok jangkung membuat Anya menyipitkan mata. Apakah cowok itu Bondan?

Kini cowok yang memakai topi hitam, masker hitam, dan baju hitam serta sepatu hitam itu berdiri di depan Anya. Cowok itu membuka topi. Matanya menatap tajam Anya.

Anya memiringkan kepala ke kiri, mencoba menganalisa obyek di depan ini. Tidak asing, bulu mata lentik itu membuat Anya yakin bahwa cowok itu adalah ....

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang