Valid No Debat!

112 23 8
                                        

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Valid No Debat |

"Kalian mau apa?" tanya Briyan pada para pengendara motor yang menggiring mobil Briyan ke sebuah lapangan yang lumayan lebar.

Para pengendara itu berjumlah sepuluh orang. Mereka berjejer rapi bak pagar rumah di depan mobil Briyan dengan memegang helm masing-masing.

Briyan dan Anya berdiri di depan mobil dan menatap sekumpulan cowok-cowok itu. Salah satu cowok yang kelihatan seperti pemimpin di antara pengendara motor itu turun dari motor gede-nya dan meletakkan helm di atas tangki kemudian berjalan mendekati Briyan dan Anya dengan langkah perlahan, tapi cool.

Briyan menyiapkan diri waspada, menarik Anya untuk bersembunyi di belakangnya dan Anya hanya menurut saja.

"Mas Briyan kenal enggak sama mereka? Mas Briyan punya utang, ya? Sampe-sampe didatengin rentenir?" bisik Anya sambil memegang lengan kanan Briyan kuat.

"Enggak, Nya. Mas enggak punya utang sama siapa pun dan mas enggak kenal sama mereka," balas Briyan sambil melirik ke belakang lalu kembali menatap tajam obyek di depannya.

Cowok itu membuka bungkus permen berwarna merah dengan bentuk menyerupai kaki lalu memasukkannya ke mulut dengan santai. Cowok itu bernama Aidan.

Aidan menatap Anya lalu tersenyum miring membuat Anya mengernyitkan dahi. Netra Aidan memusat pada Briyan lalu mengguyar rambut ke belakang.

"Jadi, gara-gara dia lo mutusin kita Nya?" tanya Aidan dengan nada menyindir dan menunjuk ke Briyan.

Briyan mengernyitkan dahi lalu melirik ke belakang. "Kamu kenal Nya?" tanyanya yang dibalas gelengan oleh Anya. Sungguh Anya benar-benar tidak mengenali satu pun di antara cowok-cowok itu.

Aidan menatap sinis ke Anya. "Manalah dia ingat sama kita, dia 'kan punya banyak pacar dan kita selalu enggak dianggap."

Briyan mengembuskan napas kasar. Anya baru ingat bahwa dia lupa memutuskan 60 pacarnya. Anya menepuk dahi.

"Terus? Putusin saja Anya. Kalian itu ganteng jadi mudah untuk mencari pacar baru, kan? Jangan ganggu Anya lagi. Lagipula, Anya sudah menjadi tunangan saya." Briyan memberikan tatapan tenang dan menjaga nada suara agar tetap stabil membuatnya menjadi dewasa.

Aidan berdecih hingga membuat permen kakinya itu jatuh. Aidan menatap terkejut dan marah ke permennya. "Permen gua!" Merasa tidak terima, permen kesukaannya jatuh begitu saja padahal masih utuh pun menatap murka pada Briyan. "Ngajak gelud lo?!" bentaknya.

Briyan menggeleng. "Gelud itu untuk anak-anak, saya bukan lagi anak-anak. Lebih baik selesaikan masalah dengan musyawarah sambil ngopi di warung Mbak Junjun," usul Briyan membuat amarah Aidan sedikit mereda.

Aidan menoleh ke belakang untuk meminta persetujuan kawan-kawannya. Kawan-kawannya malah saling melempar pandangan yang artinya mereka juga bingung.

Aidan menoleh ke Briyan tidak yakin.

"Saya traktir gimana?" tawar Briyan membuat kawan-kawannya Aidan menimbang-nimbang.

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang