Astagfirullah

90 26 8
                                        

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Astagfirullah |

Anya terdiam. Di sana, berdiri dua orang sejoli yang berpelukan mesra. Di pinggir besi pembatas rooftop, sejoli itu tidak mengetahui ada orang lain yang menyaksikan kemesraan mereka.

Setetes air bening keluar dari sudut mata, mengalir, dan membasahi pipi Anya. Rasa sesak di dada bergemuruh hebat membuat Anya kesulitan bernapas.

Sakit, sesak, dan patah melihat tunangan di sana, bersama perempuan lain bermesra-mesraan. Parahnya lagi, perempuan itu adalah ... sahabatnya.

Anya menggeleng berkali-kali, dia membekap mulut untuk merendam suara isak. Tidak mungkin di sana itu Briyan dan Rini. Tidak mungkin.

Briyan dan Rini melepas pelukan lalu Briyan mengusap kedua pipi Rini dengan senyum hangat dan berkata, "Aku akan bertanggung jawab, atas kehamilanmu, Rin."

Bahu Anya luruh seketika. Dia jatuh terduduk kemudian semuanya gelap dan ... sesuatu yang lembut menggelitik hidungnya.

Anya menggerakkan kepala dengan tujuan sesuatu itu segera pergi. Ada apa? Sesuatu apa itu? Apakah Briyan yang mengupil hidungnya? Ataukah Rini yang menggelitik hidungnya?

Anya menggeliat. Si pelaku menutup mulut sambil terus melakukan aksinya--menggerak-gerakkan ujung bulu ayam jago ke hidung Anya.

Anya kemudian membuka mata. Bukan, bukan Briyan yang ia lihat untuk pertama kali. Bukan juga Rini yang tersenyum jahat, tapi ... Papan?

"Apaan, sih, Bang?! Ganggu orang tidur aja!" protes Anya dengan setengah nyawa karena setengah nyawanya masih di India sedang nari-nari bersama Krisna.

"Bangun woy! Udah sore, kau enggak sekolah ape?" Papan menarik selimut Anya agar adiknya itu bangun, tapi Anya malah menarik lagi selimutnya hingga menutupi wajah. "Woy Kebo!" teriak Papan tak habis akal.

"Mas Briyan, selingkuh," racau Anya dengan mata tertutup membuat Papan mengernyitkan dahi.

"Ha? Tunanganmu selingkuh? Sama siapa?"

"Rini, hiks ...."

"Rini sahabatmu 'kan?"

"Dia dihamilin Mas Briyan, hiks ...."

"Kau serius, Nya?! Kapan? Di mana?! Wah, nyari masalah tuh anak." Wajah Papan tersirat kemarahan dan kecewa juga hasrat ingin menonjok wajah tampan Briyan.

"Tadi, di mimpi tapi," jawab Anya lalu langsung ngacir ke kamar mandi.

Papan menatap datar. "Ha ha ha, mau-maunya ditipu, wlee," ejek Anya saat sudah dekat dengan pintu dan masih sempat-sempatnya menjulurkan lidah ke Papan.

Setelah Anya masuk kamar mandi, Papan mengelus dada. "Astagfirullah, untung bentar lagi tuh bocah pergi dari rumah."

***

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang