Dilema?

99 25 25
                                    

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Dilema? |

Anya dan Briyan telah mencuci wajah dan tangan yang kotor akibat mencari ikan cupang di rumah seorang kakek-kakek pemilik rawa ini.

Setelah selesai mereka pun naik mobil untuk pulang. Mungkin beberapa jam lagi akan sampai. Jarak dari desa ke kota memang membutuhkan waktu lama bila menaiki mobil.

"Anya?" panggil Briyan, memecahkan suasana hening diantaranya. Anya menoleh dengan wajah lelah dan galau.

Briyan melirik sekilas lalu terkekeh. "Kenapa galau?" tanyanya.

Anya mulai mengutak-atik dashboard mobil untuk menghidupkan musik. Dia sangat galau dan suntuk membuatnya berpikir, mungkin dengan mendengarkan lagu dapat membuat kegalauan dan suntuknya hilang.

Namun, lagu-lagu klasik malah menambah kesal Anya. Dia pun menatap Briyan. "Lagu dj ada enggak, Mas?" tanyanya dengan wajah datar.

Briyan menoleh lalu terkekeh. "Ada, di handphone mas tapi."

Anya mendesah. "Yaaah, spekernya enggak besar. Bass-nya enggak kedengeran."

"He he he, kamu kenapa galau?" tanya Briyan lalu memberhentikan mobil karena lampu lalu lintas berganti warna menjadi merah.

Anya menopang pipi lalu menatap lelah ke Briyan. "Kalau aku cepet-cepet nikah, apa aku bisa terus bahagia? Maksudku, apa kita enggak pisah? Soalnya, emak sama bapak pisah. Aku enggak mau kayak gitu." Anya menenggelamkan wajah di atas lipatan tangan.

Briyan mengerti, dia mengusap bahu Anya pelan. "Percaya sama aku. Kalau kita menikah aku janji akan menjaga hubungan kita dan membahagiakanmu," katanya dengan senyum tulus membuat Anya mengangkat wajah.

Mereka saling menatap, jaraknya begitu dekat hingga 2 inci lagi hidung mereka akan bersentuhan. Di jalan yang sepi pengendara dan cahaya bulan sebagai saksi bisu keduanya saling menatap.

Ditambah lagu mellow membuat suasana romantis tercipta. Mereka tidak ingin mengalihkan pandangan seakan-akan mata itu akan hilang.

Rasa hangat yang berembus dari hidung menciptakan rasa nyaman yang menimbulkan desiran hebat di dalam tubuh mereka.

Anya menatap Briyan hanya untuk mencari kebohongan di sana. Namun, hanya tatapan teduh juga senyum tulus membuktikan bahwa Briyan sangat serius.

Briyan menatap Anya untuk memberikan keyakinan bahwa dia pria yang menepati janji dan juga baik.

Mereka sama-sama tenggelam dengan pikiran masing-masing sampai lupa bahwa lampu telah berganti hijau. Suara klakson mobil dari arah belakang membuat Anya memutuskan kontak mata mereka.

Briyan berdehem dan segera menjalankan mobil. Briyan tidak ingin memaksa Anya untuk menikah dengannya. Dia tidak ingin Anya menikah dengannya hanya karena dipaksa. Dia ingin Anya menikah dengannya karena cinta.

Anya memandang ke luar jendela. Apakah dia bisa percaya pada Briyan sepenuhnya? Apakah Briyan akan menepati janjinya? Apakah Briyan tidak akan menceraikan dirinya suatu saat nanti? Bisakah?

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang