Terbongkar

104 24 8
                                    

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Terbongkar |

Sudah sebulan semenjak kejadian Rini waktu itu. Bondan selalu di sisi Rini walaupun Rini selalu menolak bantuannya. Dua hari lalu, Rini mudah lelah, mudah mual, dan lesu.

Nilai pelajaran Rini turun drastis padahal sebentar lagi akan diadakan ujian. Ujang yang melihat Rini seperti tidak punya semangat hidup tampak senang.

Tentu saja Ujang senang melihat musuh tersiksa jiwa-batinnya. Dia tampak menikmati kesengsaraan Rini.

Rini juga semakin jauh dengan orang-orang bahkan dia selalu membentak sahabat-sahabatnya saat berdekatan dengannya.

Anya tidak ingin seperti ini terus. Rini adalah sahabatnya dari orok. Mereka harus saling bersama selamanya. Maka dari itu, Anya akan memecahkan kasus ini.

Anya selalu memantau Rini. Dia masih belum menemukan suatu bukti apa pun. Dia juga mengajak Maya untuk memecahkan kasus.

Saat sedang membersihkan debu di jendela kelas menggunakan kemoceng, Rini langsung merasa mual. Dia langsung melempar asal kemoceng dan berlari ke toilet.

Anya yang mengawasi sejak tadi sambil menyapu lantai langsung mengikuti Rini. Pagi ini, Rini, Maya, Anya, dan Erik mendapatkan tugas piket di hari ini.

Rini terus berlari sambil menutup mulutnya agar menghambat muntahnya. Sesampainya di toilet, Rini langsung mengeluarkan segala isi perutnya di wastafel.

Namun, hanya cairan bening yang keluar. Mungkin karena ia belum makan. Rini menatap wajahnya di wastafel. Lingkaran hitam ada di bawah matanya. Wajahnya pucat pasi.

Rini mengambil sebuah benda kecil untuk mengecek tes kehamilan dari saku rok kemudian mulai menggunakannya. Setelahnya dia menunggu hasilnya.

Satu garis membuat Rini was-was. Dua garis merah yang keluar dari benda itu membuat Rini syok. Itu artinya ... dia hamil.

Tubuh Rini lemah, bahkan kakinya lunglai membuatnya terhuyung ke belakang dan menghantam dinding. Dia benar-benar kotor. Dia telah mencoreng nama baik keluarga.

Rini jatuh terduduk lalu meringkuk dan menangis histeris sambil meracau.

"Enggak, hiks ... gue enggak hamil ... gue enggak hamil ... hiks ...."

Tok! Tok! Tok!

"Rini? Kau enggak papa 'kan? Rin! Rin!" teriak Anya sambil mengetuk pintu berkali-kali karena khawatir.

Rini semakin meringkuk. "Pergi! Pergi, Nya!" balasnya membuat Anya tersentak.

"Rin--"

"Apa?! Gue kotor, Nya! Hiks ... mana ada yang mau deket sama gue ... gue kotor. Jauh-jauh lo sekarang dari gue Nya kalau lo enggak mau ketularan kotornya gue ... hiks ... Pergi ... pergi ...," potong Rini dengan isak tangis yang semakin menjadi.

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang