Pergi?

106 23 2
                                    

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Pergi? |

Semenjak kabar kematian Rini tersebar di sekolah dan keluarga Jayatama, semua berubah 180 drajat. Seperti Ujang, Maya, dan tentunya Anya.

Mereka berada di pinggir sebuah gundukan tanah yang sudah dua hari itu tercipta. Batu nisan di bagian atas gundukan diusap-usap oleh Anya.

Mata mereka menatap nanar ke gundukan tanah. Mereka setiap pulang sekolah pastilah mengunjungi makam Rini. Selalu bercerita padanya walaupun mereka tahu kalau Rini tidak dapat mendengarnya.

Tidak hanya mereka, keluarga Jayatama juga mengalami keterpurukan dan penyesalan seolah-olah penyebab Rini meninggal adalah kesalahan orang tua angkatnya padahal, kematian itu murni kecelakaan.

Briyan pun menanggung semua biaya penguburan Rini, dia sangat merasa bersalah dan benci pada dirinya meskipun orang-orang tidak menuntutnya atas kematian Rini, tapi dia masih merasa bersalah berat.

Hati Briyan sakit, saat melihat Anya di sana menangis tanpa isak dan menatap kosong batu nisan, berbicara pada gundukan tanah. Dari kejauhan 10 meter, Briyan masih dapat melihat jelas raut wajah tunangannya.

Ingin sekali, Briyan menghampiri gadis itu, memeluknya--menjadikan bahunya sebagai sandaran kesedihan Anya. Namun, perasaan bersalah yang menyeruak itu membuat Briyan hanya bisa mengamati dari jauh tunangannya. Bukankah penyebab Anya menangis karena kematian Rini? Dan yang menyebabkan Rini meninggal adalah Briyan? Jadi, tidak mungkin Briyan akan mendekati Anya.

Briyan mengamati cincin yang ia pakai sebagai simbol ikatan pertunangan itu lalu dia dengan berat hati mulai melepasnya. Ditatapnya lama-lama kemudian netranya berpindah ke Anya.

Briyan tersenyum miris, dia mengecup cincin itu. Aku akan tetap mencintaimu sampai kapan pun, Anya. Walaupun kutahu kamu pasti membenciku. Dulu aku pernah berjanji akan membahagiakanmu ketika kita menikah, tapi apa kamu masih mau menikah dengan seorang pembunuh sepertiku? batin Briyan sembari menghidupkan mesin mobil kemudian menancap gas dari sana.

Ujang adalah salah satu orang yang paling terpuruk karena dia merasa begitu bersalah. Jika saja dia tidak menghamili Rini pastilah Rini akan baik-baik saja dan tidak akan dimarahi orang tuanya. Ini salah Ujang, sehingga dia hanya mampu menatap gundukan tanah sambil mengusap-usapnya.

Kenapa Rini meninggal saat Ujang mencintainya? Kenapa tidak saat Ujang membencinya? Kenapa seolah-olah perasaan Ujang hanyalah bertepuk sebelah tangan? Kenapa? Kenapa harus dia?

Maya di sana terisak, tidak menyangka sahabatnya itu pergi begitu cepat. Dia tak kuasa lagi membendung emosi yang bergejolak, dia menangis histeris sambil bersandar di bahu Anya.

"Kau kenapa cepat pergi, Rin? Liat deh sekarang, kami sedih tahu!" kata Anya sambil sedikit menggeplak batu nisan itu seakan-akan dia sedang menggeplak kepala Rini.

"Rin, gue minta maaf. Mungkin kalau gue enggak ngelakuin hal itu, lo pasti masih hidup sekarang. Pasti kita lagi kejar-kejaran karena lo marah sama gue gara-gara gue kasih kaos kaki di meja lo, tapi itu mungkin. Gue bener-bener minta maaf, semoga lo tenang di sana, ya? Ohya, gue izin selingkuh, ya? Oke, thanks." Ujang berujar seakan-akan Rini sedang menatapnya, dia kemudian bangkit berdiri.

Mata Ujang berpindah ke Maya dan Anya yang masih menangis itu. "Pulang woy! Kalian nanti dicari emak. Bangun!" katanya tegas.

"Nanti, Jang ...," jawab Anya lirih.

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang