Keraguan?

96 22 0
                                    

~❤~

Hai😂 yang vote dan komen di bab sebelumnya, terima kasih, ditunggu vote dan komennya lagi, ya😁 aku jadi semangat, xixi.

Yaudahlah, happy reading❤  

| Keraguan? |

Anya telah lulus sekolah menengah atas. Hal yang membuatnya tersenyum lebar adalah dia akan segera menikah. Jujur saja, dia memang dulu ingin sekali mengundur pernikahan hanya karena takut hamil dan hubungannya tidak terjaga.

Namun, setelah dia belajar banyak dan otaknya mulai berkembang dewasa, keinginan menikah itu malah membludak. Sungguh, Anya tidak sabar melihat reaksi Briyan saat tahu bahwa Anya akan mengajaknya menikah.

Sekarang hari minggu, hari yang menurut Anya adalah hari spesial karena akan pergi jalan-jalan bareng Briyan. Bahkan pada pagi ini--jam 7--Anya sudah rapih dengan pakaian sederhana, tapi memesona. Apalagi dia baru selesai memoles wajahnya dengan make-up sederhana, padahal biasanya dia akan didandani emaknya.

"Selesai!" serunya setelah mengamati penampilan di kaca. Dia mengamit tas selempang di atas kursi rias dan mengecek isinya.

Handphone.

Hanya benda itu yang ada di dalam tas selempang hello kitty-nya. Anya memakai tas di bahu kanan lalu berjalan membuka pintu dan mengedarkan pandangan mencari emaknya.

"Heh, Tulip! Mau ke mana kau?"

Suara abangnya yang entah sejak kapan itu sudah berdiri di ambang pintu kamar membuat Anya terkejut dan lantas menghujam abangnya dengan tatapan tajam.

"Siapa Tulip?" tanya Anya agak menyeramkan bagi Papan.

Papan menyengir. "Tulip, kan, bunga."

Anya mengernyitkan dahi lalu tersenyum. Aura menyeramkan yang semula mengelilinginya langsung digantikan dengan aura ceria. "Owalah, Bang Papan nanya siapa yang jual bunga tulip 'kan?" tebaknya.

Papan mengernyitkan dahi. "Nyambungnya di mana, Nya?" tanyanya lalu berdecak kemudian mengamati penampilan Anya. "Mau ke mana kau?"

Anya mengangkat kedua alis. "Bukannya aku mau nge-date yak?"

"Ha? Nge-date sama siapa?" Papan tersenyum mengejek. "Bukannya kau jomblo, ya?"

Anya mendengkus. "Punya yo."

"Siapa?"

"Mas Briyan. Udahlah, nanti aku telat!" Anya berlalu dari sana meninggalkan Papan yang mengerutkan dahi bingung.

"Adekku enggak lagi kesurupan 'kan?" gumam Papan pada diri sendiri. Lalu dengan acuh dia masuk ke kamar untuk bermain game.

Anya sudah sampai di ruang tamu hanya untuk mengecek, Briyan ada di sana atau tidak. Ternyata Briyan tidak ada di sana, itu artinya Briyan datang terlambat.

Anya memilih ke dapur dan mendapati emaknya yang sedang memotong sayur kangkung. Anya menghampiri dengan senyum mengembang. "Lagi apa, Mak?"

"Liat aja, emak lagi ngapain enggak usah ditanya," jawab emaknya agak malas, tanpa mengalihkan pandangan dari kegiatannya.

Kapan Sah? [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang