Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
###
SENJA.
"Cece kenapa mandiin Lele jam segini?!" pekik Mama dengan titik-titik keringat di pelipisnya.
Gue dengan keadaan baju cukup basah langsung menoleh dengan bingung. "Lho kan Mama minta Cece mandiin Lele?"
Mama menghela napas sambil menyandarkan kepala ke daun pintu. Kebetulan gue memandikan Lele di halaman belakang.
"Aduh, Ce... Pang neleponin si Surya gitu. Mama bakal telat ke toko." (Tolong)
"Eh? Kenapa emang, Ma?"
"Si Papa masih di kamar mandi ih. Biasa kan mau nganter ke toko ngobrolnya mah, tapi malah bikin telat. Adek-adek kamu juga meuni susah disuruh sarapan." (susah banget)
Gue terkekeh pelan tapi tangan gue bergerak lebih cepat. "Si Koko ke mana?"
"Ke mini market disuruh beli batu batre sama si Papa." (baterai)
Gue menangguk-angguk kecil sambil membalut tubuh besar Lele dengan handuk.
Mama? Mama udah menghilang, yang gue dengar sih teriakan memanggil Papa juga panggilan-panggilan supaya Sore dan Pagi segera memakan sarapan mereka.
Dengan satu tangan sibuk mengeringkan bulu halus Lele, tangan gue yang satu lagi sibuk mengetikkan pesan pada Surya supaya membuka toko lebih dulu.
"Cece ngampus gak?" tanya Papa yang baru keluar dari kamar mandi.
"Ngampus, Pa. Hari ini Cece pulang sore atau malem ya. Mau ketemu Biru."
"Oh? Ketemu di mana?"
"Hmm? Belum tahu sih."
"Yaudah, salam ya dari Papa."
Gue terkekeh dan mengangkat jempol.
"Eh, ajakin makan malem di rumah aja, Ce. Mumpung terakhiran Papa di rumah kan."
"Gak apa-apa emang?"
"Gak apa-apa. Iya kan, Ma?"
Mama menangguk kecil sambil sibuk menatap handphonenya. Biasanya sih sibuk membaca catatan stok kain yang ada dan yang harus diambil dari pabrik. "Iya, Ce. Ajak makan di rumah aja."
"Mama mau masak enak."
"Ih, beneran? Yaudah Cece ajak ngobrol di rumah aja kalau gitu!" pekik gue senang.
"Nanti kalau Papa udah berangkat kerja lagi juga sering-sering diajak ke sini ya, Ce. Kasihan itu di Indonesia loh sendiriannya, gak kayak kita."
"Iya, Pa. Iya." ujar gue sambil menahan tawa.
Bagaimana ya, gue nggak bisa menahan perasaan bahagia setiap semua anggota keluarga kumpul begini.
Rumah lebih ramai dan pekerjaan gue pun lebih ringan.