33. Oleh Senja.

2.6K 391 121
                                        

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###


"Jadi setelah tiga minggu gak ada perubahan apa-apa nih?" Tanya Clareen memastikan.

Senja mengangguk kecil. "Waktu di bandara Biru gak janji apa-apa sih. Guenya aja yang ngarep."

"Hubungin lah?" Suruh Calvin greget.

Ssnja menggeleng. "Gue nunggu dulu aja."

Calvin menatap Senja sebelum akhirnya menghembuskan napas lelah. "Kalau dia mikir lo ternyata gak begitu ngarep dia ke sini gimana?"

"Kenapa mikir gitu?" Tanya Senja.

"Karena lo gak nyoba hubungin dia."

"Iya, nanti gue coba hubungi," jawab Senja asal.

"Emang masih kuat nungguin?" Pancing Clareen.

"Masih," jawab Senja yakin.

###

Semenjak kembali berbaikan sama Mama, Senja dan Damar setuju Mama kembali ikut menjaga toko di Baltos.

Toh pada awalnya toko itu dimodali Papa untuk Mama, bukan untuk Senja dan Damar.

Jadinya seperti hari ini, karena toko dijaga Mama, Senja memutuskan untuk datang ke apartemen Biru dan membersihkan sudut-sudut yang berdebu.

Senja juga mengganti sprei, mengganti camilan dalam toples, membersihkan kamar mandi yang sebenarnya jarang dipakai, dan bahkan menghidupkan mesin mobil Biru supaya mobil laki-laki itu tetap baik-baik aja.

"Hah..." Keluhnya sambil menyandarkan punggungnya pada sofa.

Senja duduk di lantai dengan kaos longgar yang lusuh karena keringat juga celana pendek diatas lutut yang memudahkannya untuk bersih-bersih.

Matanya menatap satu sudut berisi tempat tidur anjing juga perlengkapannya. Sengaja Senja siapkan barangkali Biru akan ke sini membawa anjingnya.

"Kapan ya..." Gumam Senja pelan sambil memainkan handphone tanpa minat.

Gue baru nyampe Soetta, lagi nunggu supir yang anter ke Bandung.

Senja yang sejak tadi bersandar malas langsung duduk dengan tegap membaca satu chat dari Biru.

"Masih ada waktu sekitar dua jam lebih," gumam Senja.

Perempuan itu langsung berdiri dan menyampirkan tas selempangnya di pundak. Kakinya menghentak-hentak lantai sambil menunggu lift menuju basement.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang