27. Tahun Tanpa Biru.

1.4K 342 133
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

"Akhirnya mau juga lo nyamperin kita!" Pekik Clareen sesaat setelah Senja duduk di depannya.

Senja tersenyum lebar mendengar ucapan sahabatnya itu. "Iya, dong. Penting kan acara ketemuan kita kali ini."

"Dasar selirku, urusan oleh-oleh aja semangat," dengus Calvin pura-pura sebal.

Senja memutuskan untuk gak acuh dan menengadahkan kedua tangannya. "Mana?"

"Astaga!"

"Nih, nih, dari gue. Biar makin cakep juga gue beliin banyak lulur Bali," ujar Clareen sambil memberikan tiga paper bag ukuran besar untuk Senja.

"Ini gue kemarin ke Palembang. Gak afdol dong kalau gak dibawain pempek?" Kali ini Calvin yang berbicara.

Senja tersenyum lebar menatap kantong cukup besar di tangan Calvin.

"Biru pulang kapan deh? Oleh-oleh dia nih," gerutu Calvin.

"Setahu gue masih tiga mingguan lagi, katanya pabrik wine Papanya lagi mau ngeluarin produk baru," jelas Senja.

"Ah elah, lama!" Keluh Clareen. "Perasaan kalau gue atau Calvin lagi di luar kota dia bisa pulang seminggu sekali?"

Calvin terkekeh. "Itu urusannya urgent kali. Gak ada yang jagain ini nih," ucap Calvin sambil menunjuk Senja dengan dagunya.

"Heh! Gue gak perlu diurusin! Kebetulan aja kali Biru gak begitu sibuk tiap lo berdua sibuk kayak ditelan bumi."

"Iyain aja, Vin," gumam Clareen bosan.

"Terus abis ini lo ke Baltos lagi?" Tanya Calvin mengganti topik.

Senja mengangguk kecil. "Iya dong."

"Yaudah sekalian aja gue anterin kalian berdua."

"Gak perlu," tolak Senja halus. "Gue bawa mobil."

"Yaudah gue anterin istri gue aja," jawab Calvin sambil menyengir lebar.

Dan dengan sukses keningnya didorong pelan oleh Clareen. "Mimpi lo!"

"Kasar ah lo!" Pekik Calvin sebal.

"Ya abisnya kalau ngomong gak pernah dipikir dulu!"

"Hahaha kalian tuh! Jangan berantem mulu kenapa? Mending jadian sih menurut gue," lerai Senja.

"Kelamaan friendzone!" Lanjut perempuan bermata monolid itu memancing.

"Ngaca!" Pekik Clareen.

"Udah sering," jawab Senja santai.

###

"Biru, pulang kapan?" Cicit Senja pelan dari sebrang telepon.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang