Photograph

3. Canggung.

Play videonya kalau mau tahu lagu yang Senja suka wkwk.

###

SENJA.

"Ia lalu bercerita tentang~"

"Anak gadisnya yang telah tiada~"

"Karena sakit dan tak—"

Gue berhenti bernyanyi dan langsung meraih handphone yang tergeletak asal di atas tempat tidur.

Jantung gue hampir jatuh waktu membaca pesan lewat Notification Center.

Senja, jadi enaknya gue ke rumah lo kapan ya?

Gue hampir aja melempar handphone setelah membaca pesan dari Biru.

Tapi untungnya nggak jadi karena gue akhirnya ingat konteks pesan Biru itu apa.

Kita obrolin dulu aja kali ya rencananya mau ke mana aja? Baru nanti ngobrol sama Mama gue Bir.—balas gue akhirnya.

Menunggu beberapa menit, akhirnya Biru membalas lagi dan mengiayakan.

Obrolin besok gimana? Gue siang kosong.

Gue menghela napas membaca jawaban Biru.

Masalahnya besok siang gue bertugas mengirimkan Lele ke Baltos—seperti biasa.

Tapi kayaknya mengantar Lele nggak akan makan waktu lama kan?

Tanpa sadar gue mengangguk kecil walaupun tahu Biru nggak akan bisa melihat.

Boleh. Mau ketemu di mana?

Di lobby fakultas aja ya.

Jawaban singkat dan jelas dari Biru menutup percakapan singkat kita berdua.

Gue lagi-lagi menghela napas sambil merapikan penampilan gue di depan cermin dan setelah itu langsung bergegas keluar kamar.

Rumah udah sepi tentunya.

Mama udah ke Baltos.

Pagi dan Sore udah masuk sekolah.

Yang tersisa cuma Damar yang baru aja pulang mengantar dua adik kembar kita.

"Gue berangkat ya!"

"Pas nganter Lele beliin Chatime dong, Ce." pinta Damar.

Gue mendengus sebal.

Kalau cuma berdua, Damar itu nggak pernah manggil gue dengan 'Cece'.

Kecuali kalau kondisinya kayak sekarang alias ada maunya.

"Iya ntar dibeliin. Tapi gue ngampus dulu."

Damar mengangguk kecil. "Gak apa-apa. Malah bagus."