32. Jejak.

2K 375 126
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

SENJA.

Suatu hari, gue pernah mengetik panjang di kolom chat sama Biru buat nanyain kabar dia. Tapi gue urungkan dan akhirnya gue tanya Calvin.

Kata Calvin, Biru sehat. Jadinya setelah itu gue memutuskan buat gak nge-chat apa-apa lagi ke Biru.

Gak tahu sih, gue cuma ngerasa gak tahu malu kalau mau ngehubungin Biru.

Sekitar dua minggu yang lalu Clareen dan Calvin marahin gue yang katanya buta. Buta karena gak ngelihat gimana perasaan Biru ke gue, juga perbuatan gue yang bikin dia menghilang dari hidup gue.

Rasanya setelah dimarah-marahi sama mereka, itu jadi pertama kalinya gue nangis kejer setelah sebulan terakhir gue udah gak lagi nangis setiap inget proses yang jadi alasan gue batal tunangan sama Oriol.

Rasanya kayak lo punya barang berharga yang biasa lo simpen dalam lemari, jarang lo periksa karena lo pikir itu aman, tapi ternyata lo sendiri yang gak sengaja ngebuang hal berharga itu.

Terus waktu lo ngecek lemari itu, lo baru sadar kalau barangnya udah hilang. Gak tahu bisa ketemu lagi atau nggak.

Selain sama keluarga gue, kayaknya ini pertama kalinya gue nangis karena kangen sama orang.

Gue banyak nangis juga karena bingung. Kata dokter pilihan Mamanya Oriol juga kata Kakaknya Clareen, kalau secara fisik, gak ada yang berubah dari tubuh gue. Walaupun selaput dara orang beda-beda, tapi katanya gak ada bukti seolah-olah pernah berhubungan seksual.

Jadi, physically? Technically? Apapun itu deh, orang-orang bisa bilang gue perawan. Walaupun harus gue akui, bangun gak pake sehelai kain apapun dengan kondisi dipeluk erat sama Biru akhirnya bikin gue memutuskan kalau gue udah gak perawan.

Gak apa-apa. Gue sekarang udah menerima kenyataannya kayak gitu.

"Ce, bawa coat jangan banyak-banyak. Kalau kurang beli di sana aja," saran Mama.

Gue mengangguk kecil sambil melipat baju. Sementara Mama sibuk mengecek ulang barang gue yang udah masuk koper.

Koper? Iya, gue masukin barang ke koper karena mau pergi.

Karena gue belum berani nge-chat Biru, gue memutuskan buat jalan-jalan ke tempat dia seharusnya tinggal. Cuma buat nyari sudut-sudut di Kota Ljubljana dan sekitarnya yang Biru pernah foto buat gue.

Mungkin aja bisa sedikit ngurangin kangennya?

###

"Hvala vam," (terima kasih) gumam Senja pelan setelah turun dari taksi.

Dengan kemampuan bahasa Slovenia yang nol, Senja akhirnya sampai di negara yang biasanya cuma ia lihat lewat foto-foto yang Biru kirim.

Tubuhnya langsung ia hempaskan ke atas sofa ketika sampai di kamar hotel. Lelah. Tapi juga deg-degan. Setidaknya Senja sekarang berjarak gak begitu jauh dari Biru walaupun ia sendiri gak tahu persisnya laki-laki itu di mana.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang