02

736 62 8
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Vania tak bisa menolak atau seenak hati membatalkan perjodohan itu, karena sudah pasti akan membuat kedua orang tuanya murka dan akan mencaci maki Vania. Sudah jelas Vania akan di cap sebagai anak yang tak tahu diri, dengan begitu ia juga akan diseret keluar dari rumah atau akan merasakan hangatnya sebuah pukulan di sekujur tubuhnya.

Setelah memukul Putrinya, sang ayah pasti akan mencari kotak P3K, Vania tak menampik jika sikap dan perilaku ayahnya itu tak lebih kejam dari seorang psikopat yang menyiksa korbannya.

Lalu tugas Ibunya adalah mengobati lukanya, yang terkadang ia lakukan atau mengabaikannya. Begitulah keluarga Vania yang sesungguhnya.

Jika hal itu tak diinginkan Vania untuk terulang. Maka Vania hanya perlu patuh dan mengikuti arus yang dimainkan kedua orang tuanya dan calon suaminya kelak.

Vania yakin jika kedua calon mertuanya lah yang akan membantu dan melindunginya, mungkin.

Vania percaya karena perlakuan keduanya di awal bertemu sudah sangat peduli terhadapnya. Secuil harapan yang membuat Vania merasa kehadirannya seolah di butuhkan oleh orang lain.

                                           ***

Vania duduk dengan tangan menyilang di atas meja dan tepat di depannya terdapat beberapa hidangan makan malam yang mulai mendingin. Sudah hampir 2 jam Vania menunggu kepulangan Zeyn dari kantor.

Kini, hampir tiga bulan sejak mereka menikah dan setiap harinya masih terlihat sama. Saat Vania terbangun di pagi hari Zeyn sudah berangkat ke kantor, saat pulang ke rumah pun Zeyn akan pulang sangat larut, menuju kamarnya dan tidur.

Vania dan Zeyn bahkan tidak punya kesempatan untuk saling berbicara. Setelah semua kata-katanya yang penuh akan kebencian saat pertemuan pertama mereka. Vania tak berani memulai pembicaraan apa pun itu.

Beberapa kali Vania mencoba, tapi tak ada nada lembut, melainkan tatapan menyeramkanlah yang Vania terima hingga enggan untuk melanjutkan ucapannya.

Kamar Zeyn dan kamar Vania berbeda. Terdengar sangat menyedihkan, tapi apa boleh dikata Vania tak bisa berbuat apa-apa. Karena faktor tidak saling mencintai dan mereka berada dalam mode pura-pura dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Situasi buruk saat bersama orang tuanya yang menjadikan Vania bagai boneka dan membuatnya memainkan peran sebagai seorang gadis penurut. Hampir tak ada bedanya malah situasinya kali ini bisa di bilang lebih mengerikan.

Vania berusaha untuk terlepas tapi malah kembali terjerumus lebih jauh dalam peran barunya sebagai seorang istri dari pria bernama Zeynan. Menjelma menjadi seorang istri yang tak punya emosi, pura-pura tersenyum seakan dirinya sedang bahagia dengan kehidupannya yang penuh cinta dan kasih sayang.

Vania juga manusia yang punya perasaan dan layak diperlakukan sebagai manusia dan bukannya boneka.

Vania ingin menangis dan meluapkan semua isi hatinya tapi adakah seseorang yang dengan senang hati ingin mendengar ceritanya. Jawabannya tidak ada.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang