09

517 38 10
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

****

"Masalah apa lagi kali ini?" tanya Yudha sekali lagi.

"Dia menemukan foto Divya."

"Jadi dia marah?"

"Hmm ... dia tidak marah ... tapi aku yang besikap kasar padanya."

Kevin tertawa licik mendengar pengakuan Zeyn yang menurutnya bagai seorang pecundang. "Bodoh kenapa di pelihara?" tanya Kevin Masih menyeringai. "Kenapa masih menyimpan foto mantan, di saat kau sudah menikah? bukankah Divya yang pergi meninggalkanmu? Itu artinya Divya sudah melepasmu dan tugasmu mencari penggantinya. Jadi, Divya bukan lagi penghalang untukmu membuka kehidupan baru bersama Vania."

"Lihatlah sisi baiknya, Vania wanita yang baik, cantik dan menuruti semua ucapanmu. Dia bahkan rela tinggal di rumah sendirian dan kesepian sedangkan suaminya hanya tahu bersenang-senang. Jangan sampai kata menyesal menusukmu di kemudian hari," sahut Aryan menepuk pelan pundak Zeyn di sampingnya.

"Kau harus belajar membuang hal-hal buruk yang bisa membuatmu emosi, terutama pernikahanmu. Mungkin dia juga tidak menginginkan pernikahan ini terjadi," pungkas Yudha.

"Aku tidak bisa menahannya! hanya dengan melihatnya sudah membuatku marah."

"Apakah kau ingin aku melindunginya?" tanya Dery yang membuat Zeyn kembali mendelik ke arahnya.

"Sebaiknya kau buang jauh-jauh niatmu itu Ry, mungkin aku tidak memiliki perasaan padanya tapi tetap saja dia istriku, dia milikku dan aku tidak akan membiarkan Vania berpaling!" pekik Zeyn sudah  sangat marah.

"Zeck, aku tahu Vania istrimu. Tapi pernahkah kau memperlakukannya layaknya seorang istri? Vania juga manusia dan tak seharusnya kau egois dan menganggapnya seakan-akan dia milikmu," Aryan masih sempat berujar dengan santainya.

"Kau curang, karena hanya peduli dengan keadaanmu saja," lagi-lagi Dery memberi anggapan menohok.

"karena aku sangat mengenalmu Dery."

"Relakan dia dan aku akan menjadi teman yang baik untuknya," lanjut Dery mengabaikan ucapan Zeyn.

"Kalau begitu buat dia tersenyum, Vania sangat cantik saat tersenyum. Sangat jelas di wajahnya jika  Vania sedang merindukan sesuatu. Sesuatu yang ku yakini  tak bisa kau berikan padanya dan mungkin aku bisa. Dia akan bahagia bersamaku, aku berjanji akan selalu membuatnya bahagia," tutup Dery di akhir pidatonya.

"Sekali lagi aku tekankan, jangan berani mendekatinya," ancam Zeyn dan ditanggapi gelak tawa oleh Dery.

"Sudah berbulan-bulan tapi kau masih belum tahu banyak tentangnya, kan?" Zeyn mengangguk, ucapan Yudha mungkin ada benarnya. "cobalah mengenalnya, dia mungkin tak seburuk yang kau pikirkan." lanjut Yudha.

"Atau mungkin kau bisa melakukan apa yang dikatakan Dery. Cobalah semampumu jika tak berhasil, tak ada pilihan lain selain bercerai," ucap Kevin memberi saran.

***

Pukul sembilan pagi dan Vania baru bangun, hal pertama yang dia lakukan ialah ke kamar mandi, memeriksa kamar Zeyn, sarapan di depan TV, ke pasar lalu duduk di taman mengamati pasangan bahagia menjadi rutinitasnya akhir-akhir ini sebelum kembali ke rumah, berbenah dan menyiapkan makan malam.

Menghabiskan sebagian besar waktunya dengan aktivitas sederhana sudah membuat Vania bahagia. Vania melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua siang. Vania menghela napas,

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang