...NIGHTMARE...
¤
¤
¤Happy Reading
***
Vania berpikir jika ia salah paham dengan sikap Zeyn padanya. "Mungkin dia tidak bermaksud menyakitiku, ucapannya kemarin hanya semata-mata karena aku melakukan tugasku dengan baik tapi aku saja yang menanggapinya berlebihan," ucap Vania menyangkal segala pikiran buruknya terhadap suaminya.
Otak Vania yang dipenuhi kata mungkin di tengah aktivitasnya menyiapkan makan malam. Vania masih berusaha untuk membangun chemistry yang baik dengan Zeyn. Vania dengan sepenuh hati membuat makanan yang ia buat agar terlihat lebih cantik dan terasa enak.
Sudah jam tujuh dan Zeyn belum juga pulang, Vania masih setia menunggu kedatangan Zeyn di sofa ruang tamu hingga tertidur.
***
Denting suara gesekan dari arah dapur membuat Vania terbangun dari tidurnya. "Suara apa itu?" gumamnya. Vania merasakan bulu kuduknya meremang karena setahunya tidak ada orang selain dirinya di rumah.
Vania mulai berdiri dari sofa dan mengendap-endap berjalan menuju dapur. Matanya membulat melihat sesuatu yang tak ia duga untuk dilihat. Dia Zeynan, sedang berdiri di depan wastafel, mencuci piring dan gelas lalu meletakkannya di dalam lemari.
Mata Vania beralih ke meja makan yang tadinya terisi beberapa menu makanan dan alhasil semuanya sudah tak ada di tempatnya. 'Apa Zeyn memakan semuanya?' sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman samar.
"Ohh, apa kegiatanku membangunkanmu?"
Jika harus berkata jujur maka Vania akan mengatakan 'Iya', tapi sebelum itu terjadi Vania bahkan tak punya waktu untuk menjawab karena Zeyn melanjutkan ucapanya.
"Tapi syukurlah kamu sudah bangun, sebentar lagi kita akan kedatangan tamu."
"Tamu? siapa?" mata Vania membelalak saking terkejut dan perasaan bahagia berbaur menjadi satu.
"Aku mengundang teman-temanku untuk datang ke rumah."
***
Bel pintu berbunyi, Zeyn membuka pintu dan di ikuti Vania yang mengekor di belakangnya untuk menyambut sang tamu.
Tampak jelas empat pria tampan berdiri tepat di hadapan Vania yang sedang cengo disuguhkan keindahan duniawi. 'ternyata pria berparas tampan juga memiliki teman yang sama tampannya,' puji Vania dalam hati.
"Hay, kita ketemu lagi," ucap salah satu dari empat peia tampan itu.
"Yudha," kata Vania dengan senyum dan mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Kalian sudah kenal?" tanya Zeyn bingung.
"Kebetulan kami pernah bertemu di jalan dan aku membantunya membawa belanjaanya," jelas Yudha.
"Temui yang lain juga," perintah Zeyn pada Vania.
"Dia Brian," tunjuk Zeyn pada pria berpostur tubuh tegap dengan dimples di kedua sisi pipinya yang membuatnya terlihat lucu dan manis. "Ini Kevin," tunjuk Zeyn pada -pria tinggi menjulang, "Dan ini Aryan." ucap Zeyn selesai memperkenalkan teman-temannya.
"Aku hampir lupa! Dery menitipkan sesuatu untuk diberikan padamu," kata Aryan dan mata Vania spontan melirik bagaiman reaksi Zeyn mendengar nama itu disebut. Zeyn mendengus tak suka saat Aryan menyodorkan sebuah gantungan anak ayam berwarna kuning. Vania tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️
General FictionWanita yang menjalani hidup dibawah tekanan seorang suami membuat Vania hidup layaknya sebuah dasi, yang berperan sebagai pelengkap sebuah setelan mewah. Hanya sebatas Aksesori. Di mata orang lain, keluarga mereka sempurna. Di mata orang lain, pern...