04

621 51 3
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

"Apa kau berani berpikir untuk selingkuh? dan kau tahu! aku tidak akan pernah membebaskanmu melakukannya. Alasan mengapa aku menikahimu agar aku bisa terlihat lebih baik dimata orang lain. Aku tak bisa membuatmu merusak nama baik keluargaku. Mengerti?" Vania hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

Saat Zeyn berbalik dan masuk ke kamarnya, tubuh Vania merosot, lututnya menyerah untuk menopang tubuhnya.

Air mata kini membanjiri pipi Vania, bisa-bisanya ia berpikir jika Zeyn peduli padanya! berharap jika Zeyn cemburu!

Kembali lagi jika Vania tak lebih dari sekedar pelengkap dikehidupan seorang Zeyn.

***

Disisi lain, Zeyn terbangun di tengah malam. Kepalanya berdenyut dan merasakan pusing setelah minum beberapa gelas wine saat bersama teman-temannya di Club.

Dia tak sekuat Kevin yang tak mabuk saat meminum beberapa botol wine. Lagipula Zeyn tidak menjadikan alkohol sebagai minuman rutin dikala bertemu dengan temannya, melainkan dia hanya minum saat dirinya merasa berada dalam tekanan seperti sekarang ini.

Zeyn memijat pelan pelipisnya dengan maksud meredam rasa sakit di kepalanya.

Zeyn meraih gelas yang ada diatas nakas, tenggorokannya kering dan ingin meminum beberapa teguk air. Dilihatnya gelas yang tak berisi air sama sekali.

Zeyn menghela napas kasar lalu menyibakkan selimutnya dan bangkit menuju dapur untuk mengisi kekosongan gelas yang ia pegang.

Zeyn dengan langkah pelan menyeret kakinya dengan mata setengah tertutup. Karena faktor malas, Zeyn bahkan tak repot-repot untuk menyalakan lampu.

Saat melewati sekat antara ruang tamu ke dapur, kakinya tersandung sesuatu dan Zeyn terdiam memikirkan jika ia tak pernah meletakkan sesuatu di pintu dapur.

Zeyn kembali ke ruang tamu untuk menekan sekelar lampu, sesekali mengusap wajahnya. Matanya tak sengaja menemukan objek yang tak asing,  Zeyn mendekat dan berjongkok hanya untuk melihatnya. Dia Vania, sedang tertidur di lantai dengan kedua tangan memeluk lututnya.

"Kau kenapa disini?" tanya Zeyn pelan seperti bisikan. Walau ia tahu jika Vania tak akan bisa mendengarnya.

Zeyn ragu dengan inisiatif yang terngiang di kepalanya, apakah harus ia lakukakan atau tidak.
"Haruskah aku melakukan sesuatu?" tanya Zeyn lebih ke dirinya sendiri.

Zeyn bangkit dan berjalan menuju dapur,  meminum segelas air yang sempat tertunda tadi. Cukup lama Zeyn termenung, kilasan kejadian semalam kembali teringat dan membuatnya merasa tak enak hati.

Zeyn tidak melakukan sesuatu yang salah atau mengatakan sesuatu yang salah. Tetapi melihat Vania terbaring di lantai membuatnya tampak begitu menyedihkan sehingga Zeyn mulai merasa bersimpati.

Zeyn kembali ke ruang tamu dan menatapnya sebentar, sebelum menggendong Vania ala bridal style menuju sofa ruang tamu dan perlahan-lahan membaringkan Vania agar tak mengganggu tidur istrinya.

Sekali lagi itu bukan bentuk perhatian atau apapun itu. Zeyn juga punya hati dan itu manusiawi jika di lakukan. Terlebih Vania adalah istrinya walau tak bisa ia akui.

Zeyn berlari kecil memasuki kamar Vania untuk yang pertama kali, menyambar selimut dan ingin menutupi tubuh istrinya agar tak kedinginan.

Apa Zeyn terbentur sesuatu? Kenapa bisa sepeduli itu dengan Vania? Apa ada sentilan keajaiban yang mungkin sudah menumbuhkan rasa sayang, suka, atau mungkin cinta?

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang