23

586 37 15
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Vania tidak menangis karena keributan yang disebabkan oleh ayahnya, bukan pula air mata emosional. Itu disebabkan rasa sakit fisik yang dialaminya. Tapi Zeyn tidak menyadari itu dan sekarang Vania tidak berniat untuk memberitahunya, Vania hanya larut dalam dekapan hangat sang suami.

Perasaan berbeda dan baru dirasakan Vania, ada rasa menyenangkan muncul dari dalam hatinya, kata-kata Zeyn yang membuat hatinya tersentuh. Menyalurkan perasaan jika Zeyn sangat peduli padanya dan tetap berada di sisi Vania sehingga membuatnya ingin percaya dan meyakinkan dirinya untuk percaya sekali lagi dengan Zeyn.

Setelah lama berdiam diri, Vania akhirnya melingkarkan tangannya di pinggang Zeyn dan detik berikutnya Zeyn merasakan bajunya yang basah. Zeyn lebih mengeratkan pelukannya, meletakkan pipinya di kepala Vania dengan lembut dan mengusap punggung bergetar istrinya. Membuat Vania leluasa meluapkan isi hati yang selama ini di pendamnya.

Perlahan Vania meregangkan pelukannya agar memberi jarak, tapi mata Zeyn tek terlepas pada luka yang masih terbungkus perban di tangan dan bekas memar di lengan istrinya yang mulai memudar.
Jika dilihat dari bekas luka di lengannya, pasti sudah agak lama dan Zeyn baru menyadari itu.

Zeyn menangkupkan wajah istrinya memperhatikan setiap inci wajah pucat nan pasih itu, ingin bertanya tapi Zeyn urungkan saat netranya melihat ada luka lain di pipinya.

Tatapan dalam tak lepas Zeyn berikan, hatinya ikut remuk, gumpalan besar menjanggal di lehernya. 'Apa aku orang yang melakukannya? saat itu, ketika aku tak sengaja menamparnya hingga terjatuh?'

Perasaan bersalah dan menyesal kini menggerayangi otak Zeyn. Titik dimana ia baru menyadari bahwasanya ia tak jauh berbeda dengan ayah mertuanya. Pikiran Zeyn yang merasa sudah melindungi istrinya, nyatanya malah sebaliknya. Melakukan hal yang sama memberikannya pada Vania.

Fakta jika Vania menyembunyikan rasa sakitnya, menyamarkan lukanya di bawah riasan yang membuat Zeyn malah semakin merasa buruk. 'Mengapa? mengapa dia tidak ingin aku menyadarinya? mengapa dia lebih suka menderita sendiri? mengapa dia tidak pernah menuntut permintaan maaf dariku? Kenapa?'

Air mata mulai mengaburkan manik milik Zeyn, dia mengecup pelan kening Vania dan memeluknya sekali lagi. membuat beberapa tetes air mata meninggalkan pelupuknya.

Zeyn menangis, menyesali semua perbuatan kasarnya terhadap istrinya.

"Tidurlah denganku malam ini," kata Zeyn.

Vania terkesiap dan mendorong lengan Zeyn pelan yang membuat Zeyn terkejut.

Zeyn sangat yakin Vania akan melontarkan kalimat penolakan, jadi sebelum itu terjadi Zeyn dengan cepat menyela ucapannya. Untuk saat seperti itu, Zeyn hanya butuh Vania tetap berada di sampingnya, agar pikiran-pikiran jika ia tidak bisa lagi melihat wajah istrinya jika melepaskan Vania dari dekapannya.

"Tolong, tidurlah denganku, aku berjanji tidak melakukan apapun yang tidak kamu inginkan. Aku janji, hmm?"

***

Untuk pertama kalinya, Vania berada di tempat tidur suaminya, rasa gugup mungkin dirasakan Vania tapi rasa aman juga ikut dirasakan dalam waktu yang bersamaan.

Zeyn dengan lembut membaringkan tubuhnya di samping Vania, matanya seketika membelalak menenangkan irama jantungnya. Mungkin karena pertama kalinya jadi wajar jika merasa gugup.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang