20

531 37 12
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Suara dering ponsel terus saja bergema di ruang tamu. Zeyn mendelik mengapa istrinya begitu ceroboh meninggalkan ponselnya di rumah saat Zeyn sedang sibuk berkutat dengan setumpuk kertas yang harus ia selesaikam.

Zeyn beranjak ingin mematikan ponsel itu, matanya kian menyipit saat layar ponsel itu tiba-tiba menyala. Sesuatu menarik perhatiannya, ada lebih dari 10 kali panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenal dan pesan teks dari My Super Hero. Bahkan sampai puluhan tahun berlalu, Zeyn masih akan ingat nama dan nomor sahabatnya.

"Yudha!" seru Zeyn melihat nomor yang tertera di layar ponsel.

Vania tidak hanya bertukar pesan dengan Yudha tapi dia juga menyimpan nomernya dengan nama yang mengisyaratkan jika Yudha adalah pahlawannya.

Tangan Zeyn mengepal, kepalanya menolak untuk tahu isi pesan tersebut tapi tangannya tak bisa berbohong buktinya pesan itu sudah terbuka. Waktu dan tempat terpampang jelas di depan wajah Zeyn.

"Bajingan! Jal*ng satu ini!" geram Zeyn meremas ponsel milik Vania.

Amarah kini menguasai kepala Zeyn dan tanpa ia sadari kakinya membawanya ke tempat di mana istrinya bertemu dengan sahabatnya dengan upaya memisahkan mereka dan membawa Vania pulang.

"Aku harus memastikannya sendiri, mungkin saja Yudha salah mengirim pesan."

Zeyn sangat berharap untuk itu, dia hanya ingin percaya dengan semua ucapan Yudha. Zeyn berusaha menampik semua pikiran-pikiran buruknya. Tetapi detik kemudian, Zeyn dengan jelas melihat Vania duduk dan Yudha mengelus pelan lengan istrinya dan membuat wanita itu tersenyum.

Zeyn merasakan kepalanya berdenyut bak seseorang tengah memukul kepalanya. Matanya memerah menahan amarah yang sudah menggerogoti seluruh tubuhnya. Perasaan di khianati oleh seorang teman yang sudah ia anggap sebagai saudara kini berselingkuh dengan istrinya tepat di depan matanya.

***

Vania kembali ke rumah saat hari sudah semakin gelap, Vania berpikir jika Zeyn tidak sedang di rumah atau Zeyn sudah tidur karena tidak ada satupun lampu yang menyala. Vania berjalan mencari sakelar lampu terdekat sebelum suara berat menggema.

"Aku melihatmu bersama Yudha."

Hawa dingin yang menakutkan merasuki tubuh Vania, raut wajahnya juga mulai panik.

"Dari semua orang di dunia ini kamu boleh memilih siapa saja ... asal bukan Yudha."

Zeyn berdiri, tatapannya tak pernah lepas pada sosok Vania. Hanya satu yang dapat menjabarkan raut wajah Zeyn saat ini adalah amarah. Vania benar-benar tak berkutik karena dia dalam situasi yang salah dan Zeyn memergokinya. Vania ketakutan, tangannya dingin dan keringat membasahi telapak tangannya yang membuat tubuhnya ikut bergetar.

'Dia tidak boleh mendekat, tidak dengan keadaan seperti itu, tidak dengan amarah dan benci karena aku yakin dia dalam pengaruh alkohol. Hal terbaik yang bisa kulakukan hanya berlari ke kamar dan mengunci diri," gumam Vania dalam hati memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Vania berlari sekuat tenaga hingga kakinya tersandung ujung karpet, dengan susah payah akhirnya dia sudah berada di balik pintu kamarnya dan berhasil menguncinya tapi tekanan yang sangat kuat karena Zeyn yang memegang gagang pintu. Zeyn tanpa ragu memukul pintu dengan bogemnya yang membuat Vania terlonjak kaget dan spontan melepas tangannya dari gagang pintu.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang