01

1.2K 66 1
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

"Dengar! Ayah mengerti jika kau tak menyukai ide ini. Tetapi ini peluang besar untuk masa depan perusahaan kita." Pria paruh baya itu angkat bicara untuk pertama kalinya. Memecah keheningan yang menyelimuti sejak mereka pertama kali duduk di dalam mobil.

Zeyn masih betah melihat keluar jendela, tak berani untuk melihat atau sekedar melirik ayahnya karena Zeyn sangat tahu saat ia melakukannya, ia akan beradu argumen dengan sang ayah dan itu adalah sesuatu yang tidak ia inginkan, untuk saat ini.

Ayahnya yang punya temperamen buruk memaksanya untuk tetap tenang walau sebenarnya ia tak terima.

"Kita membutuhkan investor, Perusahaan sedang dalam kondisi terburuk. Sejak rumor tentang kesehatanku yang mulai memburuk, kita mulai kehilangan investor asing. Sekarang Ayah sakit dan kolega tidak mempercayaiku lagi seperti dulu. Mereka berpikir jika aku mati perusahaan akan bangkrut dan mereka takut kehilangan uang mereka. Itulah alasanku agar mereka bisa memilihmu untuk mengambil alih perusahaan."

"Dan melakukan pernikahan ini? Agar aku dapat dipercaya oleh mereka? begitu?"

"Tentu saja! Bahkan jika kau berpengalaman dalam menangani perusahaan, mereka akan berpikir kau hanya pria lajang yang hanya tahu bersenang-senang."

"Gadis itu juga berasal dari keluarga kaya yang memiliki beberapa rumah sakit yang tersebar di Jakarta. Dia lahir di Jakarta dan besar di Inggris. Latar belakangnya juga akan memepengaruhi Investor kita nantinya dan dengan adanya pernikahan ini akan memberi kita keuntungan besar." Ia melihat raut wajah putranya yang hanya diam tak menunjukkan ekspresi.

Pak Daulyn bukanlah tipe Ayah yang akan memaksa anaknya untuk menuruti semua ucapannya. Tapi kasus kali ini berbeda dan ia merasa perlu untuk melakukannya demi kelangsungan Perusahaan di masa depan.

Pak Daulyn sangat menyayangi putranya dan ia ingin Zeyn bahagia. Itulah sebabnya ia ingin meyakinkan Zeyn untuk setuju dengan perjodohan ini.

"Aku dan ibumu juga bertemu karena sebuah perjodohan dan kami akhirnya saling jatuh cinta. Aku yakin hal yang sama akan terjadi padamu. Lihatlah sisi baiknya, Nak."

"Dia juga gadis yang baik, berpendidikan, cantik dibandingkan dengan gadis-gadis di luaran sana dan dia juga masih muda, aku pikir kalian sangat cocok."

Zeyn tertawa mencibir mendengar penuturan Ayahnya. "Tidak. Itu tidak akan terjadi." gumamnya pelan.

"Ayo turun, kita akan menemui keluarganya." seru tuan Daulyn dan di turuti oleh Zeyn.

***

Vania hanya duduk mendengarkan orang tuanya terlibat percakapan dengan seseorang yang mereka sebut akan menjadi calon mertuanya. 'aku kagum bagaimana bisa mereka memamerkan keluarga harmonis yang begitu sempurna' Vania membatin seakan tak percaya dengan apa yang ia saksikan.

Ucapan, senyuman, gerak tubuh. Kalian bisa melihat perasaan saling menyayangi dari sorot matanya saat melihat Vania. Perasaan yang tak pernah sekalipun di alami Vania saat berada di rumah. Tapi jangan lupakan peran penting Vania dalam pertunjukan itu dan ia juga perlu bermain bersama dan jangan lupakan, semua yang terjadi dalam ruangan itu hanya berdasar uang, tak lebih.

"Untuk pertama kalinya kamu akan berguna." itu adalah sepenggal kata-kata yang diucapkan ayah Vania saat perjalanan menuju restoran.

Vania sudah terbiasa dengan perubahan itu. Perilaku yang tidak menampakkan sebuah keluarga yang mencintai putrinya dan begitu pula sebaliknya.

Lucu! Orang tua yang seharusnya menyayangi dan melindungi anaknya apapun yang terjadi. Justru Vania belum pernah mengalaminya, bahkan dari ibunya sendiri.

Mengapa? mungkin karena Vania bukanlah anak kandung mereka. Keduanya juga tak saling mencintai dan itu mungkin menjadi salah satu alasan.

Vania kadang berpikir jika kedua orang tuanya tak dibekali perasaan atau hanya uang satu-satunya hal yang mereka pentingkan.

Benar, Vania anak adopsi dan itu adalah kebenaran pahit yang tak pernah ia inginkan untuk diungkap. Tidak ada yang tahu dan tak akan ada yang boleh mengetahui rahasia tersebut.

Tetapi setelah pertemuan itu dan memutuskan untuk menjodohkan Vania dengan anak temannya. Vania merasa sedikit bahagia. Gadis itu merasakan harapannya untuk bebas dari jeratan penuh tekanan dari orang tuanya dan menjalani kehidupan normal akan segera terkabulkan.

Vania menaruh harapan besar jika kedepannya ia akan merasakan indahnya mencintai dan dicintai. Mendambakan seseorang Pria berhati hangat, penuh perhatian yang akan tulus menyayanginya, sama dengan kehidupan cerita novel romansa yang sering ia baca.

Vania tak lagi perlu memainkan peran yang penuh dengan kepura-puraan sama seperti yang orang tuanya lakukan. Gadis itu menganggap ada seseorang yang dengan tulus mengulurkan tangan dan akan membawanya keluar dari tekanan penderitaan.

***

Disanalah seorang gadis sedang duduk memandang calon suami yang tidak sedikit pun memancarkan raut wajah kebahagiaan. Entah bagamana cara Vania untuk memulainya saat tak sengaja memandang wajah tampan Zeyn. Tapi entah mengapa Vania seakan menciut saat bertemu pandang dengan mata Zeyn yang memberikan tatapan dingin.

"Kami akan keluar sebentar, tinggallah disini bersamanya agar kalian bisa saling mengenal." Ujar ayah Zeyn mulai berdiri dan meninggalkan ruangan.

Mereka meninggalkan Vania dan Zeyn, menyisakan keheningan dalam ruangan. Vania kikuk tak tahu harus memulai dari mana, Ini pertama kali baginya bertemu seorang Pria yang tak ia kenal dan akan segera menjadi pendampingnya di masa depan dan kedua orang tuanya tak memberikan Vania tips cara bersikap atau sesuatu yang harus ia lakukan saat ditinggal sendiri bersama dengan calon suaminya.

Lidahnya terlalu keluh untuk memulai percakapan dan otaknya tak bisa berpikir apa pun. Vania melirik Zeyn yang masih menyantap makanannya dalam diam dan Vania juga ingin melakukan hal yang sama dengan yang di lakukan Zeyn.

Vania memegang garpu dengan maksud ikut makan tapi naasnya, isi yang ada di atas piring sudah habis tak tersisa.

Rasa gugup mulai melanda Vania.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Zeyn dan Vania sukses dibuat terkejut dengan suara berat milik Zeyn.

"Ten... tentang apa?"

"Tentang perjodohan ini."

Bahagia, senyuman, perlakuan manis. Vania sibuk mencari itu tapi tetap tak ia temukan. Hanya ada raut wajah kesal dan ungkapkan yang tampak seperti situasi yang terlalu mengganggu baginya dan Vania mulai mengerti itu.

"Aku ..." Vania ingin menjawab tapi Zeyn menyela kata-katanya.

"Aku akan mengatakan ini sekarang, agar kau tak terlalu berharap nantinya," ada jeda sebelum Zeyn melanjutkan ucapannya.

"Karena pernikahan ini semata-mata hanyalah sebuah urusan bisnis antara keluarga kita. Tidak ada perasaan cinta dan itu tak akan pernah ada. Jadi tolong jangan menatapku seperti itu lagi karena itu membuatku muak," tutup Zeyn dengan wajah tak berekspresinya.

Itulah kalimat terakhir yang di dengar oleh Vania sebelum orang tuanya kembali bergabung. Vania diam merasakan rasa sakit yang kini menusuk hatinya. Hanya beberapa kata tapi mampu menghancurkan segala harapan untuk menjalani kehidupan normal.




Tbc....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang