18

484 34 5
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

"Jadi, kamu fasih berbahasa inggris, cina, dan indonesia dengan baik. Hal apa lagi yang tak ku kuketahui tentangmu?" tanya Zeyn sembari menyandarkan punggungnya di bangku taman, matanya sibuk memandang langit malam.

"Tidak ada yang istimewa dengan diriku."

"Tapi, kamu tinggal di inggris kan?"

"Ya, aku lahir di jakarta dan besar di inggris. Aku terharu karena kamu masih mengingatnya." Vania memalingkan wajahnya karena malu jika Zeyn melihat senyumnya yang merekah.

"Kenapa kamu kembali?"

"Hmm, karena pekerjaan ayahku. Setelah menyelesaikan studyku, ayahku ingin kembali ke negara asalnya," bohong Vania. Ia juga tidak tahu persis alasan mengapa ia pulang dan ayah Vania juga bukan tipe orang yang akan mengatakan alasan jika memutuskan seauatu.

"Pantas saja bahasa inggrismu sangat bagus, karena kamu lama menghabiskan waktumu tinggal di sana."

-
-
-

"Ada lagi yang ingin kamu ketahui tentang diriku?" tanya Vania karena Zeyn yang terdiam cukup lama. Zeyn larut dalam pikirannya yang sulit untuk Vania tebak.

Vania berharap moment bercengkerama antara dia dan Zeyn tidak berakhir secepat itu. Sudah setengah tahun berlalu tetapi mereka belum pernah berbicara seperti itu. Mereka hanya berbicara seperlunya tapi tidak sampai membahas kehidupan pribadi.

'Jika aku tahu apa yang ada di pikirannya, aku tidak akan pernah mengajukan pertanyaan tadi," batin Vania.

"Bagaimana dengan ciuman pertamamu?"

"A-apa?"

"Siapa dia?"

"A-aku t-tidak ..." mata Zeyn terbuka lebar menatap Vania saking tak percaya dan Vania tak punya pilihan lain selain tidak melanjutkan kalimatnya.

"Cinta pertamamu?"

"H-hah?" Vania melongo.

"Pria pertama yang membuatmu merasakan cinta? jangan bilang kamu tidak pernah jatuh cinta."

'Pertanyaan pertama sudah buruk tapi pertanyaan kedua malah lebih buruk lagi, Aku harus menjawab apa? saat cinta pertamaku berada tepat di sampingku. Zeynan.'

"T-tidak, maksudku ka ...," Vania mengutuk dirinya sendiri karena hampir saja keceplosan.

Sesi pertanyaan Zeyn yang tak ada habisnya membuat Vania dilanda kebingungan hingga ke titik di mana tubuhnya mulai bergetar karena stres. Tidak tahu harus menjawab apa karena Vania bukan ahli dalam hal berbohong. Menjawab jujur, juga bukanlah pilihan dan tidak menjawab akan menimbulkan kecurigaan.

'Tuhan. Tolonglah hambamu ini, seseorang tolong bantu aku,' Vania sangat ingin berteriak sekeras-keraanya agar seseorang dapat dengan mudah menolongnya keluar dari pertanyaan jebakan Zeyn.

"Dia ...."

"Kamu bilang apa?"

"Zeck!" suara yang sangat familiar di telinga Vania, Vania berbalik begitu pula Zeyn melihat kedatangan dua pria tampan Yudha dan Aryan berjalan mendekat. 'syukurlah, akhirnya do'aku di jabah.'

"Kalian sedang apa di sini?"

"Minum bubble tea bersama, apa kalian terkejut?" jawab Zeyn sinis.

"Apa ini sudah menjadi kebiasaan kalian sekerang? Kami juga mampir untuk membeli bubble tea lalu ke Klub," ujar Yudha tak terpancing dengan ucapan sinis Zeyn. "Tapi tunggu, kenapa kalian serapi ini?"

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang