...NIGHTMARE...
¤
¤
¤Happy Reading
***
“Kau tak bisa seenaknya menunda-nunda, Zeyn!” geram Bobby dengan alis mengerut.
“Aku tahu Bob, tapi untuk saat ini hanya itu yang bisa kulakukan. Aku belum menemukan cara untuk mengatasinya. Aku masih butuh waktu.”
Zeyn berjalan mondar mandir sementara Bobby membuat dirinya duduk lebih nyaman nan santai di sofa kantor Zeyn.
“Apa lagi yang kau tunggu? Surat cerai yang dia ajukan juga sangatlah menguntungkanmu. Cukup tanda tangan dan semuanya selesai dan beres.”
“Heyyy... tidak semudah itu. Aku hanya... aku tidak tahu harus berbuat apa, Bob.” Zeyn duduk di sebelah Bobby dengan mengusap wajahnya kesal.
“Jika kau meminta saranku sebagai pengacara, aku akan memintamu untuk menandatangani surat-surat itu. Tidak ada satu-pun orang di dunia ini yang mengajukan surat cerai yang lebih bagus seperti yang dia berikan padamu Zeyn. Ditambah lagi, pengacaranya sudah mendesakku untuk secepatnya membuat keputusan. Tetapi jika kau membutuhkan nasihatku sebagai seorang sahabat. Pertama, kau orang yang paling bodoh yang pernah kukenal. Kenapa kau membuatnya pergi sejak awal. Jujur aku bingung, jika memang kau tidak ada niatan untuk menceraikannya. Mengapa kau tidak mencegahnya saat dia memberimu surat cerai itu. Kau harusnya bilang tidak atau jangan,” ledek Bobby seakan mengolok-olok sahabatnya di akhir katanya.
“Ini... Ini berbeda Bob.”
“Tanda tangani saja surat-suratnya! Dan beri aku kebebasan untuk bernapas! Kau bisa memintanya untuk menikah denganmu lagi.”
Zeyn menatap aneh Bobby yang duduk dengan santainya. Ucapan Bobby barusan apakah benar serius?
“Kau ini menganggapku apa? Dalam agama itu di larang Bobby, selain itu aku juga memiliki reputasi yang mesti ku pertahankan. Aku tidak bisa membuat diriku jadi bahan tertawaan dengan menceraikannya dan menikah lagi dengan wanita yang sama. Aku harus jadi pria yang dapat di percaya di mata orang-orang. Lagipula... Aku tidak yakin dia akan mau menikah denganku lagi.”
“Ooh... Salah satu cara untuk membuatnya tetap berada disisimu yah? Hmmm itu juga bisa jadi jalan keluarnya,” ujar Bobby.
“Btw, kau belum memberitahunya jika akan menandatangani surat-surat itu, kan? Dia juga tidak memiliki bukti bahwa kau tidak menepati janjimu. Jadi ... oh tunggu, tapi dia melakukannya!” Bobby kembali memasang wajah datarnya.
“Ahh... Benar! Kontrak pernikahanmu, aku benar-benar lupa tentang itu dan jika dia datang ke pengadilan dengan membawa bukti itu... Maaf, Zeyn. Itu akan berdampak buruk pada kariermu dan juga kamu tidak ingin diseret ke pengadilan. Iya kan?”
“Menurutmu, selama ini aku tidak memikirkan hal ini? Aku sudah tahu ini akan terjadi. Itulah alasan mengapa aku butuh lebih banyak waktu.”
Bobby menegakkan posisi duduknya. Alisnya tertaut dan dahinya berkerut, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Aku melihat dua solusi dalam situasi ini. Entah kita akan menemukan kesalahannya dalam pernikahan kalian yang mungkin bisa menjadi bukti jika dia tidak menuntaskan bagiannya sebagaimana di sebutkan dalam kontrak, atau kita akan mencari salinan yang tersisa lalu membuangnya. Tapi kita perlu memastikan bahwa pengacaranya tidak mengetahui tentang kontrak yang kau buat.”
“Aku tidak tahu, Bobby. Dia bukan tipe orang seperti itu. Aku yakin dia tidak akan menyeretku ke pengadilan. Dia menginginkan segalanya bisa diselesaikan setenang mungkin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️
Fiksi UmumWanita yang menjalani hidup dibawah tekanan seorang suami membuat Vania hidup layaknya sebuah dasi, yang berperan sebagai pelengkap sebuah setelan mewah. Hanya sebatas Aksesori. Di mata orang lain, keluarga mereka sempurna. Di mata orang lain, pern...