Sequel part 4

531 36 2
                                    


...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Zeyn mungkin sudah tidak memiliki harapan lagi. Segala jenis pemikiran dan perasaan bercampur di dalam diri Zeyn dan akan memulai peran batin antara keinginannya dan yang terbaik untuk Vania.

Zeyn bahkan tidak memiliki kepercayaan diri untuk membujuk Vania agar tetap bersamanya, tetap berada di sisinya. Setelah melakukan banyak hal buruk terhadap Vania, Zeyn tidak pantas.

Pria itu meletakkan surat cerai dalam laci meja dan mulai membaringkan diri dengan nyaman di tempat tidur. Zeyn melihat ponsel dan mulai menatap foto Vania lagi dan untuk ke sekian kalinya Zeyn memejamkan mata membayangkan sosok Vania berbaring di sampingnya. Zeyn mengulurkan tangan dan memeluk bantal, tempat di mana Vania biasa tidur.

Namun setelah beberapa menit, bunyi bel pintu membuatnya tersadar. Zeyn tidak mengharapkan siapa pun untuk datang dan Zeyn juga tidak berharap apa yang ia lihat sesaat setelah membuka pintu rumahnya.

“Sepertinya kau kehilangan sesuatu,” ucap pria paruh baya itu tersenyum mencibir. “jadi aku memutuskan untuk mengembalikannya padamu, karena aku menemukannya.”

Zeyn kehilangan kata, matanya mengerjap berulang kali dan Zeyn bersumpah bisa melihat wajah yang menyeringai kemenangan sebelum menutup pintu. Yang pasti, ayah mertua Zeyn memang orang yang sangat mengerikan.

Zeyn memandang tak percaya orang yang ada di di hadapannya. Ia sangat takut dengan yang ia saksikan hanyalah sebuah delusi.

Perasaan senang serta hati yang terasa tertusuk ribuan jarum di rasakan Zeyn. Bahkan jika itu mimpi, Zeyn masih bisa memanfaatkan kesempatan. Melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Jadi tanpa berpikir panjang, Zeyn menarik Vania dalam pelukannya, mendekapnya erat dan membelai rambutnya.

“Aku merindukanmu,” ucap Zeyn pelan dan Vania tidak menanggapi. Vania mencoba meletakkan tangannya di sisi pinggang Zeyn seolah olah dia ingin mendorong Zeyn agar menjauh, jadi Zeyn sedikit mengencangkan dekapannya.

“Apa dia menyakitimu?” masih tidak ada respons tapi tubuh Vania mulai sedikit gemetar. Zeyn berusaha untuk tidak melihat wajahnya, rasa menyesal sehingga Zeyn tidak bisa untuk menghadapinya.

Zeyn tidak yakin jika ia mau, hatinya mungkin akan hancur berkeping-keping. Mata Zeyn mulai mengabur karena genangan air matanya.

“Maafkan aku... Maafkan aku tidak bisa melindungimu,” air mata mulai membasahi kulit Zeyn tapi tidak berhenti berbicara. Untuk kali ini, meskipun itu tidak nyata dan hanya sebuah mimpi, Zeyn ingin memberitahu Vania semua yang ia rasakan karena sebelumnya tidak bisa.

Zeyn merasakan tangan Vania perlahan menjelajah di sekitar punggungnya dan beberapa detik kemudian dia juga membalas pelukan Zeyn, menyembunyikan wajahnya di dada Zeyn dan mulai terisak pelan.

Terlalu menyakitkan bagi Zeyn melihatnya menangis pelan. Yang Zeyn pikirkan, seharusnya ia berlutut dan meminta maaf di kaki istrinya.

Zeyn memutuskan untuk mengangkat Vania menuju kamar tidur, membaringkannya dengan hati-hati lalu Zeyn ikut berbaring di sampingnya, sambil tetap memeluk tubuh Vania.

Zeyn hanya tak ingin menunjukkan wajahnya dan jelas Vania juga mungkin tidak ingin melihat itu. Zeyn membelai sayang belakang kepala Vania dengan satu tangan dan mengusap punggung dengan tangan sebelahnya.

“Aku sangat merindukanmu,” Zeyn mencoba menghirup wangi sampo di rambut istrinya dan diam-diam menyeka air mata di wajahnya dengan ujung jarinya. “Tolong, jangan tinggalkan aku lagi... Aku tak bisa hidup tanpanmu,” Zeyn mundur dan mencium singkat kening Vania. “Aku membutuhkanmu. .. Aku membutuhkanmu dalam hidupku,” Zeyn menangkup dagu Vania, agar membuatnya menatap Zeyn. “Cepatlah kembali padaku, Hm? Aku rindu...”

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang