07

563 43 6
                                    


...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***


Zeyn dan Vania menyapa kedua orang tua Zeyn kemudian ikut menyapa para kolega dan rekan bisnis  yang hadir di pesta. Ayah Zeyn memaksa Vania untuk ikut bersamanya, mengenalkan Vania kepada semua orang yang hadir sebagai bentuk formalitas karena Vania pertama kali menghadiri acara keluarga Daulyn.

Zeyn sedang asyik berbincang dengan seseorang dan Vania yang masih mengekori Ayah mertuanya, suasana dalam ball room semakin sesak dipenuhi para tamu undangan yang hadir.

Vania benar-benar butuh udara untuk bernapas jadi ia berinisiatif untuk mencari udara segar.

Vania keluar dari kerumunan, matanya sibuk mencari sosok Zeyn dari kejauhan, tapi tidak ia temukan. Vania ingin ke buffet tapi melihat banyaknya orang Vania mengurungkan niat dan beralih mengambil segelas minuman.

Vania duduk dan melihat sekeliling, tidak ada orang yang ia kenal. Vania menghela napas jengah. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya merasa bosan. Karena tidak ada yang bisa ia lakukan, Vania akhirnya keluar menuju balkon.

Pemandangan malam di Jakarta sangatlah indah, kota yang penuh dengan hiruk pikuk kehidupan dan perasaan tenang dan damai yang ia rasakan dalam satu waktu. Cuacanya yang bagus, hangat dan tak berangin. Vania menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata kemudian tersenyum.

"Ku harap kau tak akan melompat," Vania mendengar suara seorang pria. Ia menoleh ke belakang untuk melihat sosok pria yang baru saja berseru itu. "Tampan," satu kata yang ada di otak Vania saat melihat pria yang mengenakan setelan jas yang mirip dengan Zeyn.

Pria itu tersenyum, matanya juga indah hampir sama dengan milik Zeyn, kedua tangan didalam saku celananya. So Perfect.

"T-tidak. Aku hanya mengagumi pemandangan di malam hari."

"Aku juga menyukai pemandangan kota saat malam hari, sangat menenangkan," ujarnya dan berdiri tepat di sebelah Vania sambil mengeluarkan tangannya dan memegang pagar pengaman.

"Tapi kenapa kau berdiri di sini melihat pemandangan? seharusnya kau berada di dalam bersama yang lainnya. Bukankah itu adalah alasan mereka datang ke pesta ini?"

"Aku hanya ingin di sini, dan alasan kenapa aku berada di sini? karena aku ikut datang sebagai teman," jawab Vania berbohong. Ia juga tak yakin jika ia harus berkata jujur kalau dia adalah istri Zeyn.

"Bagaimana denganmu? Apa kau tidak tertarik membuat kontrak bisnis?" tanya Vania mulai berani melihat sosok disebelahnya.

"Aku rasa akan lebih indah jika menikmati pemandangan malam di sini bersamamu," Vania merona dan mengulum bibir untuk menyembunyikan senyumannya.

"Di dalam sangat membosankan, mereka hanya tau uang. Seharusnya pekerjaan dilakukan di tempat kerja,  tujuan di adakannya pesta yah, untuk bersenang-senang, benar kan? Pesta seperti ini tidak bisa menghibur sama sekali, aku lebih suka berada di sini bersamamu karena aku yakin kau bisa menghiburku," ucap pria itu melihat ke arah Vania seraya tersenyum.

Matanya membuat Vania terhipnotis, mata indah yang memancarkan kebahagiaan membuat Vania hanya bisa tertegun dan tersipu, tak tahu harus berkata apa.

"Apa kau tidak tahu bahwa mendekati istri orang adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan seseorang?" Vania mendengar suara yang sangat familiar dari arah belakang.

Vania menelan ludah sebelum berbalik dan melihat Zeyn, Vania ingin mengucapkan sesuatu agar Zeyn tak salah paham dengan apa yang ia lihat, tetapi pria di sebelah Vania sudah lebih dulu berujar.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang