08

541 46 5
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Zeyn duduk di kursi kerjanya, sedikit memijat kepalanya yang berdenyut. "Apakah aku bereaksi berlebihan?"

"Aku akui jika aku terbawa emosi dan tak bisa mengendalikannya lagi." lanjut Zeyn membuka lembar demi lembar kertas yang ada di hadapannya.

Zeyn tak marah saat mengetahui Vania tak ada di sampingnya saat investor penting itu menanyakan keberadaan Vania, karena Zeyn dan sang investor sudah menandatangani kontraknya sebelumnya.

Namun yang membuatnya kesal, bukan saat Vania meninggalkannya tanpa izin, tetapi saat Zeyn menemukan Vania dan seorang pria yang sangat ia kenal, Dery.

Vania yang tersenyum saat bersama Dery, itu sungguh membuat Zeyn marah, walau itu semua bukan kesalahan Vania tapi Zeyn menumpahkan amarahnya pada istrinya.

Tindakan Zeyn sudah sangat berlebihan. Jika ia kesal dengan Dery seharusnya ia marah saat bertemu dengan Dery saat itu, bukannya menyalahkan Vania yang tak tahu menahu masalah yang sedang terjadi antara Zeyn dan Dery.

Zeyn menghamburkan map yang tersusun rapi itu, lalu mengerang meremas rambutnya. Ingatan saat Dery merebut cinta pertamanya kembali terngiang dan mengganggu konsentrasi Zeyn.

***

Hari demi hari telah berlalu dan hati Zeyn seakan memaksanya untuk meminta maaf, tetapi berbanding terbalik dengan otaknya yang masih enggan untuk melakukannya.

'Sebisa mungkin, aku harus menghindarinya, satu-satunya cara terbaik yang bisa kulakukan untuknya.' batin Zeyn

Ditengah kesibukannya, Zeyn bahkan tidak menyadari kehadiran ibunya yang masuk ke ruangannya.

"Zeynan,' panggil ibunya lembut.

Zeyn terperanjat kaget melihat sosok ibunya yang berdiri di depannya. Ini adalah pertama kali sang ibu mengunjungi kantornya semenjak Zeyn menikah.

"Ibu."

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik, apa yang ibu lakukan di sini? tidak biasanya ibu datang berkunjung."

"Ada sesuatu hal yang perlu kubicarakan denganmu, untuk itu ibu datang memastikannya langsung," Zeyn terdiam lalu meletakkan pulpennya.

"Apa itu?"

"Beberapa hari yang lalu, ibu melihat istrimu," katanya dan membuat Zeyn agak cemas. 'Apakah dia mengatakan sesuatu pada ibuku?' batin Zeyn.

"Ibu melihatnya duduk di bangku taman, Vania hanya duduk dan mengamati orang-orang yang berlalu-lalang," lanjutnya dan Zeyn dapat memastikan jika sekarang ibunya sedang mengamati ekspresinya.

Tapi Zeyn masih bingung dengan apa yang dibicarakan ibunya, keningnya berkerut tanda tak paham.

"Vania terlihat sangat sedih, apa sekarang kau sudah tahu apa maksud pertanyaan ibu?"

"Maafkan aku ibu, tapi aku tidak meng ...! Dia ada di taman?"

"Hmm," gumam ibu Zeyn membenarkan.

"Hanya duduk dan mengamati orang lain? dia sendirian, tidak dengan pria lain, kan?"

"Iya."

"Benarkah? tapi aku tidak melihat ada hal aneh pada dirinya," ujar Zeyn mencoba meyakinkan ibunya jika hubungannya dengam Vania baik-baik saja.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang