...NIGHTMARE...
¤
¤
¤Happy Reading
***
Sekali lagi Zeyn menekan bel dan akhirnya sang ayah mertua-lah yang membuka pintu.
“Zeyn! Ada perlu apa kemari?”
“Hmm... Apa dia ... apa dia ada di rumah?” tanya Zeyn gugup dengan jantung yang berdegup kencang.
“Siapa?” Pria paruh baya itu mengerutkan alisnya. “Putriku?” Zeyn tidak menanggapi jadi dia menganggap pertanyaannya benar. “Kenapa dia ada di sini? Apa kalian bertengkar?” nada suaranya semakin menyudutkan Zeyn. “Kamu tidak tahu di mana keberadaan istrimu?”
Zeyn sudah tahu hubungan antara Vania dan orang tuanya tidak begitu dekat dan Zeyn berusaha agar tidak menimbulkan sesuatu yang mencurigakan yang akan membuat ayah mertuanya murka.
“Tidak ... tidak,” elak Zeyn berbohong. “Tadi, dia bilang akan datang berkunjung ke sini dan aku tidak bisa menghubungi nomornya. Ada sesuatu yang yang sangat mendesak untuk kukatakan padanya. Apa ayah tahu dimana dia?” Zeyn merutuk dalam hati karena yang ia ucapkan bukanlah ide yang tepat untuk dijadikan sebuah alasan, tapi hanya itu yang bisa Zeyn lakukan, mungkin ayah mertuanya bisa memberi petunjuk. Walau tak ada jaminan jika kemungkinan itu akan terjadi.
“Yang kutahu, dia tidak berani meninggalkan rumah tanpa izin darimu.”
“Ah,” Zeyn menggaruk tengkuknya. “Baiklah, terima kasih ayah. Aku akan kembali ke kantor lagi,” pamit Zeyn sopan.
Yang Zeyn tahu Vania tidak punya banyak tempat untuk ia kunjungi. Karena Vania tinggal di inggris cukup lama, dia juga tidak punya sanak saudara atau teman selain teman-teman Zeyn.
Diperjalanan menuju kantor, Zeyn sibuk berpikir tentang orang-orang yang paling berpeluang untuk di kunjungi Vania. Pikirannya tertuju pada sosok Dery, dengan cepat Zeyn menghubungi nomor Dery.
“Dery! Hari ini Vania masuk kerja?” tanya Zeyn, tepat saat Dery mengangkatnya.
“Hah? Heyy kamu kenapa? Aku sudah lama menunggu teleponmu. Tapi aku tak mengira kau akan menelponku sekarang ini.”
“Hey, bisa langsung ke inti pembicaraan saja? Aku tak punya waktu untuk meladeni omong kosongmu dan sekarang moodku tidak dalam keadaan baik, jadi tolong jawab saja pertanyaanku.”
“Aku tidak tahu ... Haruskah aku memberi tahumu atau menyiksamu untuk sementara waktu, sepertinya menyenangkan ....”
“Hey! Dery brengsek!” Zeyn dengan jelas mendengar suara gelak tawa Dery.
“Oke oke. Dia tidak ada di sini dan dia sudah lama tak masuk kerja lagi.”
“Kamu pernah bicara dengannya?”
“Iya. Saat dia memberiku surat pengunduran dirinya.”
“Apa? Dia berhenti kerja? Terus apa yang dia katakan padamu? Apa kau punya info lain? Atau kau tahu dimana dia sekarang?”
“Tidak! Aku tidak tahu.”
“Dery! Tolong. Aku sedang tak ingin bermain-main, aku serius.”
“Sumpah, aku tidak tahu dimana dia. Maaf brother.”
“Haish.”
Zeyn ingin menutup telepon, tapi suara Dery menghentikannya.
“Jika aku tidak tahu, kamu juga tidak tahu. Hanya ada satu orang yang mungkin tahu. Tanpa ku sebut-pun kau sudah dapat menebak siapa orangnya. Siapa lagi kalau bukan sang super hero.”
KAMU SEDANG MEMBACA
TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️
Fiction généraleWanita yang menjalani hidup dibawah tekanan seorang suami membuat Vania hidup layaknya sebuah dasi, yang berperan sebagai pelengkap sebuah setelan mewah. Hanya sebatas Aksesori. Di mata orang lain, keluarga mereka sempurna. Di mata orang lain, pern...