26

604 41 4
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Cukup lama Vania diam mencerna setiap kata yang di keluarkan Selly, walau matanya tertuju pada ekspresi wajah Rania yang duduk tepat di depannya, tingkahnya yang mencurigakan, setiap ucapannya seakan-akan ia sudah memprediksi segala sesuatunya.

Akhirnya Vania tanpa ragu bertanya.

"Aku harap kamu akan jujur Ran! Apakah semua yang kau ucapkan padaku tempo hari dan hari ini hanyalah sebuah kebetulan karena kamu menganggapku sebagai teman atau ada maksud lain?"

Rania menatap Vania heran mendengar pertanyaan Vania yang mengarah ke curiga.

"Katakan dengan jujur, apakah ini semua murni hanyalah sebuah kebetulan atau kebetulan yang di sengaja?”

“Hey! Kamu bicara apa sih?”

“Katakan yang sejujurnya, aku tidak akan marah. Aku hanya ingin tahu. Sedari awal kamulah yang memulai topik tentang Zeyn dan sekarang kita bertemu di sini tak lain hanya untuk makan tapi kamu justru membahas sesuatu yang tidak ingin kudengar,” Vania mengatur napasnya yang mulai memburu.

"Kenapa mengajakku datang kemari? apa untuk melihat pertemuan suamiku dengan koleganya?" Vania jelas marah dengan rentetan ucapan Rania terhadapnya, ditambah lagi kehadiran Zeyn dengan seorang wanita di tempat yang sama dengannya.

“Aku tidak buta Ran! aku juga tak sebodoh yang kamu pikirkan. Memang benar, aku tidak berpengalaman dalam hal pertemanan. Tapi aku bisa dengan mudah mengenali saat orang tengah berpura-pura. Jadi semua ini hanya sebuah kebetulan atau kamu dengan sengaja merencanakan semua ini?”

“Ini ... a ... aku hanya ....” Rania mulai gelagapan, serasa mati kutu dengan tingkahnya sendiri yang kepergok karena kebohongannya.

“Jawab aku,” nada suara Vania meninggi seakan menuntut jawaban.

“Baiklah! ... aku tahu segalanya tentang Zeyn. Aku juga tahu dengan siapa ia nantinya bertemu. Aku juga yang merencanakan semuanya, puas?” Rania mengakui segalanya, yang juga membuat Vania sedikit merasa tenang walau hanya sesaat.

“Kenapa Ran? Kenapa kau tega melakukan ini padaku?”

Awalnya Vania marah, tapi sekarang ia sudah tak berdaya dan hampir menangis. Beberapa menit yang lalu ia masih tersenyum bahagia tapi sekarang seseorang telah menghancurkannya. Sekali lagi harapan Vania hancur begitu saja, dengan satu aksi heroik yang dibuat Rania. Miris.

“Aku hanya mencoba membangunkanmu dari mimpimu itu. Kamu sangat keras kepala dalam meyakinkan dirimu sendiri. Jika setiap hal kecil yang dilakukan Zeyn terhadapmu kamu menganggapnya tanda kepedulian jadi aku ingin menunjukkan sesuatu yang berlawanan. Memberimu sesuatu yang pantas untuk kau pikirkan bukan sekedar ingin tahu,” secara tak sengaja Rania mulai meninggikan nada suaranya yang membuat sebagian pengunjung mengalihkan pandangannya menatap tiga wanita yang sedang beradu pendapat.

“Aku tidak ingin kau menjadi mainan Zeyn yang mencoba menipumu, tapi tidak kah kau sadar jika Zeyn memanfaatkan keberadaanmu untuk tujuannya sendiri? Kau berhak bahagia Van. Dia tidak pantas untukmu.”

“Aku mengerti maksudmu, Ran. Tapi aku tidak akan menghabiskan waktuku hanya untuk berdebat dengannya hanya karena ia makan malam dengan investornya. Terlepas bagaimana wajah investor itu. Itu hal konyol dan ku rasa aku juga tidak punya nyali besar untuk melakukan hal itu.”

Zeyn memang bertemu dengan seorang kolega wanita di sebuah restoran dimana ada Vania beserta 2 temannya yang juga sedang makan malam.

“Aku tidak menyuruhmu untuk melabraknya, kamu hanya perlu bertanya siapa wanita yang ia temui itu.”

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang