TRYNA PRETEND END

896 34 7
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Vania menaruh piring yang baru ia ambil dari atas meja makan dan menyimpannya di wastafel. Samar-samar terdengar suara gesekan kursi yang terseret dari lantai menandakan Zeyn tengah berdiri.

"Semoga harimu menyenangkan di kantor," ujar Vania masih sibuk mencuci piring tanpa memalingkan wajahnya.

Vania terkesiap saat merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya serta dada tegap Zeyn yang menyentuh punggungnya.

"Pulang nanti, kamu masih ada di sini, kan?" tanya Zeyn mengeratkan pelukannya dan Vania bisa merasakan ada keraguan dalam suaranya.

Sudah seminggu dan setiap harinya raut wajah sedih dan kelelahan perlahan hilang dari wajah Zeyn, tergantikan dengan senyuman serta tawa lepas saat bersama Vania. Namun Zeyn akan bertindak seperti itu setiap harinya. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan konyol, mungkin untuk memastikan jika istrinya tidak meninggalkannya lagi. Tapi malah membuat Vania merasa tidak enak hati karena sebelumnya ia pernah melakukannya, di sisi lain Vania juga bahagia karena keberadaannya sudah cukup penting dalam hidup suaminya.

Vania meraih lap dan mengeringkan tangannya kemudian berbalik menghadap Zeyn yang masih enggan melepas pelukannya. Vania meletakkan kedua tangannya di bahu milik Zeyn dan memandang mata Zeyn dalam-dalam. Sejenak beralih mengagumi rambut yang sengaja di dinaikkan ke atas dan mengekspos jidat yang membuatnya semakin tampan serta jas hitam, kemeja putih dan dasi yang pria itu kenakan membuatnya tampak seperti pangeran.

Vania menepuk pundak suaminya dan merapikan dasinya yang agak miring. "Tentu saja," Vania berusaha meyakinkan. "Aku akan memasak makanan yang enak untuk makan malam nanti."

Zeyn tersenyum lemah dan menangkup wajah istrinya. "Aku akan pulang cepat," balasnya.

Zeyn mengecup lembut kening Vania, membuat jantung Vania berdegup kencang dan pipinya yang sedikit memerah.

Seminggu sudah berlalu dan Vania bisa merasakan ada banyak hal telah berubah dan sungguh menghangatkan hati melihat sang suami akhirnya nyaman berada di sampingnya, menunjukkan sifat aslinya yang manja. Membicarakan segala hal yang berkaitan dengan keluarga Vania, masa kecil, makanan dan warna favorit, teman dekat, impian hingga sesuatu yang akan di capai ke depannya.

Hanya ada satu hal yang tak mereka bahas yaitu tentang cinta di antara mereka. Vania berpikir jika Zeyn punya apresiasi sendiri dalam melalui masalah dengan tindakan dari pada sebuah teori. Sayangnya Vania baru menyadari itu sekarang.

Vania sangat bodoh karena tidak peka, bahwasanya Zeyn akan berbicara bukan dengan kata-kata melainkan sebuah tindakan. Vania juga merasa bersalah karena tidak melakukan apapun untuk memperbaiki keadaan, tapi lebih memilih kabur ketimbang menghadapinya.

Ada kalanya Vania bangun di tengah malam karena merasakan seseorang membelai rambut dan pipinya dengan menggumamkan kata maaf. Sungguh memilukan dan Vania belum menemukan cara untuk menghilangkan perasaan bersalahnya terhadap Vania.

Saat ini Zeyn sedang berada di kantor, dan Vania juga punya inisiatif untuk mencari pekerjaan lain karena bersih-bersih, belanja dan memasak sudah menjadi rutinitasnya setiap hari dan Vania masih merasa pekerjaannya di rumah masih kurang dan butuh pekerjaan sampingan.

***

Zeyn memosisikan dirinya diantara lutut istrinya sembari duduk di lantai dan menyalakan TV saat Vania sedang sibuk mencari lowongan pekerjaan di depan laptop.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang