14

513 40 19
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Setelah menandatangani kontrak, tak lantas membuat pikirannya lega justru malah sebaliknya. Bagi Vania memiliki perasaan terhadap Zeyn bagaikan berada di dalam sebuah labirin. Setiap langkah yang ingin ia tempuh dipenuhi keraguan, kalau-pun bisa pasti Vania akan kembali ketitik semula.

Sebelum menikah, Vania sudah belajar bagaimana menyembunyikan emosinya dengan baik, Vania tidak punya pilihan lain karena semuanya di bawah kendali orang tuanya. Jika ada kesalahan sekecil apapun itu, ayah Vania akan menegur dibarengi sebuah pukulan. Bagi sang ayah, itulah salah satu cara mendidik Vania dalam berperilaku.

Setelah bertahun-tahun berada dalam tekanan fisik dan mental, memendam segala kesakitan yang ia alami, Vania akhirnya berada dalam titik terendah dirinya, ia sudah lelah. Lelah dengan segalanya. Tubuhnya seakan kehilangan perasaan yang dimiliki manusia. Vania adalah boneka tak bernyawa hanya di anggap sebatas pajangan oleh kedua orang tuanya.

"Aku tidak ingin bertingkah seperti orang bodoh lagi, aku bosan menjadi aktris dalam drama yang memiliki kemampuan menunjukkan senyum bahagia, membuat semua orang memujiku, berpikir jika aku wanita cerdas dan memiliki segalanya, nyatanya aku tidak pernah merasakan apa-apa di sini," ujarnya dengan tangan yang memukul dadanya, berusaha untuk membangunkan perasaan yang terjebak di dalam sana.

Namun, semenjak bersama Zeyn seakan membuktikan jika persepsinya selama ini ternyata salah. Laksana figur perasaan tak pernah meninggalkan Vania, mereka tersembunyi dengan baik di suatu tempat dan entah mengapa bertemu dengan Zeyn seolah-olah membangunkannya. Membawa mereka kembali ke kehidupan Vania. Figur itu menghidupkan sosok manusia dalam diri Vania.

Harapan, kebahagiaan terasa menyatu dalam diri Vania saat bersama Zeyn, layaknya menaiki rollercoaster dengan penuh semangat dan disaat bersamaan perasaan takut juga muncul. Bahkan saat sikap Zeyn membuatnya terluka, Vania masih tetap sabar dan sekarang segalanya sudah terjawab, bahwasanya Zeyn yang awalnya ia anggap sebagai penyelamat yang akan membawanya keluar dari lingkaran kesengsaraan. Lagi-lagi itu hanyalah sebuah angan-angan belaka.

Vania sangat berterima kasih kepada Zeyn yang telah hadir dan membuat Vania sadar jika jauh di lubuk hatinya yang terdalam ternyata raganya juga di bekali peran perasaan.

"Yang terjadi saat ini, tidak sepenuhnya salah Zeyn. Aku terluka, mungkin karena aku yang menanggapinya berlebihan, karena sikapku yang terlalu emosional."

***

Club
Pukul 23,15 pm

"Jadi, bagaimana kabar Vania?" tanya Dery yang muncul entah dari mana, datang-datang dan melayangkan pertanyaan.

"Baik, dia baik-baik saja dan aku sudah melakukan semua yang pernah kau katakan," ujar Zeyn membuat Dery terkesiap.

"M-maksudnya?" Yudha yang awalnya duduk memunggungi Zeyn dan Dery, kini berbalik seakan tertarik dengan topik pembicaraan yang Dery angkat.

"Maksudku kontrak," terlihat dari semua wajah yang ada di dalam ruang itu memiliki ekspresi mempertanyakan, semuanya fokus menatap Zeyn.

"Perceraian!"

"Apa?" ujar mereka serempak.

"Kontrak pernikahan apa?"

"Perceraian?" Dery tampaknya orang yang paling terkejut di antara orang-orang itu.

"Ekspresimu kenapa begitu Der? bukankah kau yang memberiku saran itu?"

"Aku??"

"Hmmm!" angguk Zeyn membenarkan.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang