16

500 39 10
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Menghabiskan waktu bersama Yudha membuat Vania merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Perasaan bebas dari segala kekhawatiran, kebencian, pikiran negatif yang selalu mengganggunya. Hidup di bawah skenario yang orang tuanya mainkan lalu masuk kedalam hidup Zeyn, si penyiksa. Sungguh hidup yang memilukan.

Vania sudah lelah untuk percaya jika ada orang yang baik hidup di dunia ini. Tapi kehadiran Yudha menepis asumsi yang selama ini Vania yakini.

***

Masih dengan mata yang belum terbuka sempurna, Vania berjalan menuju dapur mencari sesuatu yang bisa menjanggal perutnya. Tapi, nyatanya tak ada apa-apa di meja makan karena dia yang belum memasak, akhirnya pilihannya jatuh pada sebotol jus tomat yang ada di dalam kulkas.

"Ekhm."

Suara deheman terdengar dari arah belakang, Vania tersedak jus dan detak jantungnya berdebar. Vania berbalik dan menemukan Zeyn berdiri menghadapnya, mata Vania melirik jam yang menunjukkan pukul 9 am. Vania tidak menyangka jika Zeyn akan ada di rumah, karena biasanya Zeyn berangkat jam delapan pagi.

"Ekhm," Zeyn lagi-lagi berdehem.

Zeyn berpindah posisi menjadi duduk di depan meja makan, ia memalingkan wajahnya membuat Vania bingun sendiri.

"Hm ... Ba-bajumu," ucapnya, menaikkan kepalanya sedikit dan menatap Vania dari atas kepala hingga kaki.

Vania terkesiap menyadari sesuatu, Zeyn tak melihat Vania karena malu dengan piyama yang dikenakan istrinya, celana yang cukup pendek dan mengekspos bagian atas lututnya. Sesuatu yang belum pernah Zeyn lihat dari wanita yang menjadi istrinya itu.

Zeynan orang pertama melihat sebagian besar tubuh Vania, matanya membulat, tangannya menurunkan celana yang ia kenakan. Pipi serta sekujur tubuhnya memanas. Zeyn si pria sejati ternyata bisa menjaga pandangannya.

Vania meletakkan gelas yang masih ia pegang ke wastafel dan berlari kecil menuju kamarnya. Sedangkan Zeyn tengah menahan napasnya dan baru menghembuskannya saat melihat Vania masuk ke dalam kamarnya.

"Ada apa dengan dadaku? aku harus ke dokter memeriksakan jantungku. Kenapa belakangan ini debarannya terasa tak normal?" gumam Zeyn dengan pikiran bodohnya.

Kemelut yang terjadi antara Zeyn dan Vania semakin lekat. Di dalam kamar, Vania tengah bergelut dengan otaknya memikirkan cara menginflementasikan tindakannya saat bertemu dengan Zeyn. Pikiran tentang bagaimana cara Zeyn memperlakukannya, menghancurkan hatinya. 'Aku harus kuat.' ujar Vania menguatkan dirinya sendiri.

***

Masih pukul 6.15 PM dan Zeyn sudah pulang kerumah, tidak seperti biasanya pria itu akan pulang secepat ini.

"Tidak ada makan malam?" tanya Zeyn

Vania merasakan tangannya gemetar di sisi sofa, mencoba mengatur napasnya untuk menenangkan dirinya.

"Apa kau tidak ingin memasak malam ini?" tanya Zeyn lagi.

"Aku tidak akan repot-repot untuk membuatnya untukmu, karena ku tahu kau tidak memakannya," ketus Vania datar.

"Sekarang, aku ingin makan! jadi buatlah," perintah Zeyn.

Tidak ada jalan lain selain menjalankan perintah sang suami, karena Vania yang sudah berdiri di depan kompor dan memasak nasi omlet. Zeyn sudah duduk di meja makan menunggu makanannya, lalu datang-lah Vania menyajikan satu porsi nasi omlet tadi. Zeyn mendongak dengan wajah kebingungan.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang