Sequel Part 2

591 32 2
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Segala jenis perasaan yang berbeda bercampur aduk dalam diri Zeyn.

Sakit.

Zeyn tahu Yudha menyimpan rasa terhadap istrinya, namun ia terus saja menyangkalnya dan Zeyn mencoba untuk mempercayainya.

Sekarang Zeyn merasa di khianati, jadi pada akhirnya, hal berikutnya yang Zeyn lakukan adalah bogemnya yang melayang ke arah Yudha.

Kepala Yudha menoleh paksa ke samping karena benturan. Dia pasti tidak menduga itu akan terjadi.

Namun segera, Yudha membalas pukulan Zeyn dengan melakukan hal yang sama.

Zeyn jelas melihat raut wajah Yudha yang penuh amarah. Zeyn menarik kerahnya dan meninju wajahnya sekali lagi sebelum Yudha sempat mendorong Zeyn menjauh.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Zeyn beradu jotos dengan teman yang sudah ia anggap sebagai Kakak sendiri. Seseorang yang Zeyn percaya tapi jelas Zeyn tak bisa berbuat apa-apa karena semua emosi, kesedihan, kerinduan, penyesalan terakumulasi dalam satu bentuk kemarahan yang meminta untuk segera keluar dari dalam diri Zeyn.

Zeyn tidak lagi berpikir dengan benar selain cara mengalahkan Yudha.

Mereka saling menghancurkan wajah tanpa ampun hingga punggung Zeyn menyentuh dinding. Detik berikutnya giliran Zeyn yang mendorong Yudha sampai mebentur sudut meja, tapi Yudha tak berhenti dan melakukan serangan balik.

Keduanya mulai kehilangan kekuatan sehingga sesaat setelah Yudha jatuh, Zeyn mengambil kesempatan untuk duduk di atasnya untuk menyerang setiap sisi wajah Yudha dengan buku jari-jari Zeyn. Tetapi dengan cepat Yudha mendorong Zeyn ke samping, hanya untuk bangun dan melayangkan pukulan kerasnya ke pipi Zeyn.

Sudut pipi Yudha juga berdarah dan Zeyn merasa tidak enak hati untuk sesaat, berpikir itu sudah cukup, sampai tinju Yudha mendarat di wajah Zeyn untuk yang terakhir kalinya dan Zeyn mulai kehilangan keseimbangan dan mendarat dengan naas di atas lantai.

“Argh!”

Rasa sakit yang menusuk dirasakan Zeyn di punggungnya. “Kau baik-baik saja?” Yudha terengah-engah di atas Zeyn.

“Pinggangku sakit ... Brengsek!”

Yudha mulai menjauh dan ikut menjatuhkan tubuhnya di samping Zeyn, kepalanya ikut menyentuh kepala Zeyn.

“Ingin pergi ke rumah sakit?”

“Tidak ... tidak ... aku baik-baik saja.”

Begitulah adegan pukul memukul itu berakhir. Keduanya tengah  berbaring di atas lantai dengan napas memburu, tidak mengucapkan kalimat apapun sebelum keduanya mulai merasa tenang.

Entah mengapa Zeyn merasa puas. Bagaikan semua kesalahpahaman dan perasaan menyakiti di antara mereka telah di perbaiki.

“Apa dia tahu?”

“tentang apa?”

“Bahwa kamu memanggilnya seperti itu?”

“entahlah, aku hanya ingin memanggilnya dengan sebutan itu.”

Tanpa sadar Zeyn tersenyum. “Mmh... Aku juga menyukai nama itu, sangat cocok untuknya.”

“Iya! Aku tahu.”

Hening sekali lagi.

“Yudha ... tidak bisakah kau memberitahuku sesuatu?”

“Hari ini kamu sering merengek seperti anak kecil, apa kau mencoba untuk meluluhkan hatiku?”

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang