15

536 38 4
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Pribahasa mengatakan jika hari baru adalah awal yang baru pula. Jadi Vania merealisasikannya hari ini, memulai segalanya dengan dirinya yang berbeda. Lebih kuat, kebal terhadap rasa sakit, ancaman, kata-kata manis, senyum lembut, wajah tampan. Vania mendedikasi hidupnya dengan menghindari segalanya yang menyangkut tentang Zeyn.

Vania akan kembali ke dirinya yang dulu menjadi sebuah boneka tanpa ekspresi dan emosi. Apa itu ide yang bagus? apa akan berdampak baik untuk kedepannya? akankah itu berhasil? tapi Vania harus mencobanya, terlebih Zeyn yang tak mencintainya.

"Aku akan melakukan apa yang ia lakukan dan bertindak sama seperti yang ia lakukan padaku sebelumnya, aku hanya perlu menujukan performaku jika perlu. Tidak ada sarapan, tidak ada makan malam dan tak ada lagi orang bodoh yang menuggu kedatangannya."

Vania berusaha sebisa mingkin untuk menghindar, berpura-pura tidur saat Zeyn pulang dari kantor atau sengaja keluar rumah. Tidak melakukan rutinitas wajibnya saat pagi hari hanya untuk memeriksa kamar Zeyn, memanaskan air di bath tub, merapikan kamar Zeyn, semuanya sudah tidak dilakukan Vania beberapa hari terakhir.

Vania sudah yakin untuk menjalani hidupnya sebagai orang yang sibuk dengan aktivitas barunya, menjalani kursus menjahit setidaknya akan menjadi kewajibannya untuk kedepannya dan di sore hari ia akan bekerja paruh waktu di toserba.

***

Awalnya, Zeyn bertindak acuh saat pintu kamar Vania terbuka, ia berusaha mengalihkan perhatiannya tapi tetap saja tak bisa.

"Mau kemana kau?"

Langkah Vania terhenti lalu berbalik ke arah Zeyn yang sedang duduk di sofa dan beberapa kaleng minuman beralkohol bertebaran di atas meja.

"Aku ingin keluar," jawab Vania singkat

"Aku tahu itu. Aku bertanya kemana kau akan pergi?"

Vania menarik napas dalam-dalam sebelum mengeluarkan uneg-uneg di kepalanya, menahan agar suaranya tak serak, tetap tegas dan tenang menghadapi wujud manusia seperti Zeyn.

"Aku sudah bilang, kalau aku ingin keluar."

Pencahayaan di ruang tamu memang sengaja di redupkan oleh Zeyn, tapi Vania sadar hanya dengan mendengar suara Zeyn, ia sudah tahu kalau pria itu sedang marah.

"Jangan coba melawanku, kau tidak boleh kemana-mana."

Entah mengapa seringaian muncul di wajah cantik Vania, ia sama sekali mengabaikan ucapan Zeyn. Vania dengan santai memasang sepatu dan cardigannya.

Namun, samar-samar suara langkah mendekat kearah Vania.

"Kamu tidak boleh keluar."

Situasi seperti ini membuat Vania gugup dan bersusah payah menelan salivanya. Vania takut jika Zeyn akan menahannya untuk tidak pergi. Padahal Vania ingin menghindari Zeyn.

'Kenapa ia harus menahanku? seharusnya ia pura-pura tak melihatku saja, dengan begitu kami tak saling bicara. Kenapa harus sekarang? di saat aku ingin keluar dan bertemu dengan kak Yudha,' batin Vania.

"Apa pedulimu? kau tidak punya hak untuk melarangku," ketus Vania.

Zeyn terkejut dengan ucapan Vania, Zeyn tidak menyangka Vania akan marah, bahkan mulutnya terkatup dan ekspresinya berubah. Zeyn membentur kan tangannya ke dinding.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang