24

545 35 6
                                    

...NIGHTMARE...

¤
¤
¤

Happy Reading

***

Hamparan laut biru nan luas, nampak hidup saat siang hari dan menenangkan saat malam hari.

Di sanalah mereka berdua tengah menikmati liburan, di sebuah pulau kecil. Deru angin malam dan gemericik ombak yang terdengar bagai musik menemani setiap langkahnya, langit yang gelap tapi ada banyak lampu kecil yang menerangi sepanjang pesisir pantai.

Pasir yang dingin dan angin malam yang menyejukkan menerpa permukaan kulit Vania yang menyebabkan sang empu sibuk mengelus kedua sisi lengannya.

"Ini hari terakhir kita di tempat ini, apa ada sesuatu yang ingin kamu lakukan?"

"Hmm, tidak ada! Hanya saja aku tidak bisa melihat matahari terbenam," Vania menghentikan langkahnya dan memainkan air di kakinya.

"itu saja?"

"hmmm,"balas Vania menganggukkan kepalanya.

'Mintalah sesuatu dariku, karena aku sudah mengambil banyak hal dari hidupmu.' gumam Zeyn sebatas dalam hati

Zeyn ikut berdiri di sampingnya, dalam beberapa detik tangan Zeyn perlahan bergerak meraih tangan Vania dan menautkan di sela-sela jarinya.

Vania terkesiap, dia seakan lupa cara bernapas dengan benar, detak jantungnya ikut berpacu karena sentuhan lembut Zeyn.

"Tanganmu sangat dingin," ujar Zeyn.

'Aku ingin memeluknya, menciumnya atau setidaknya bergelayut manja di lengannya, seperti yang dilakukan pasangan sungguhan' Vania hanya mampu berangan-angan.

"Itu sudah biasa."

"Jadi? tidak ada hal spesial yang harus aku lakukan untukmu?"

"Tidak, tidak ...  berada di sini sudah sangat luar biasa, aku bahagia karena kita bisa datang ketempat ini."

"Aku juga," Zeyn menatap Vania dan mengembangkan senyum tampan mematikannya.

'Senyumannya, hal paling indah dan sempurna yang pernah kulihat, senyum yang membuat bola matanya berbinar dan duniaku ikut bersinar hanya dengan melihatnya. Hal yang membuat perutku kram dan berputar-putar. Hal yang membuat jantungku berdegup kencang. Aku yakin kesempurnaan memiliki nama dan itu Zeynan Shadiq Daulyn.'

Entah dorongan dari mana, Vania bergerak mencari cara untuk melingkarkan tangannya di pinggang Zeyn, wajahnya berada tepat di dada bidang Zeyn.

Karena rasa malu Vania hanya mampu menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Zeyn tanpa mengucapkan kata-kata.

"Begini ... sebentar saja, aku hanya ingin seperti ini. Ini keinginanku," Vania berucap dan membuat alasan atas tindakannya.

Dengan ragu tangan Zeyn ikut memeluk punggung Vania, merengkuh tubuh istrinya lebih erat dan sesekali menggumamkan nama Vania.

mengusap lembut surai rambut bagian belakang Vania, yang rasanya tak ingin saling melepaskan satu sama lain.

'Aku tidak tahu, apakah ini saat yang tepat untuk melakukan hal ini, tapi rasanya hatiku ingin mendekapnya selama mungkin.'

Zeyn ingin mengucapkan sesuatu tapi lidahnya keluh tak mengatakan apa-apa.

"Maafkan aku," hanya kata itu yang berhasil keluar dari mulut Zeyn setelah lama diam.

Vania mendongak mencoba melihat wajah suaminya, tapi Zeyn lebih cepat memeluknya lebih erat mengalihkan perhatiannya.

"Aku minta maaf untuk semua yang terjadi di masa lalu, aku minta maaf karena menjadi suami brengsek yang hanya tahu cara menyakitimu, tidak bisa melindungimu dari hal buruk tapi malah sebaliknya, yang seharusnya menjadi tempat berlindungmu malah jadi tempat terburukmu. Bahkan di saat-saat kamu membutuhkanku, aku justru menghancurkan hatimu.

TRYNA PRETEND (it's okay to be not okay) END ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang