22. Titik balik

634 87 21
                                    

🌸 Saat kecil, kita menangis dengan kencang untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Tapi setelah dewasa, kita menahan tangisan untuk melupakan sesuatu yang kita inginkan🌸 -Defa

AUTHOR POV

“Def.” Panggil Alvin lembut saat melihat Defa yang terus menangis. Tanpa pikir panjang, Alvin segera menarik tubuh Defa ke dalam pelukannya dan tidak ada satu pun pergerakkan dari tubuh Defa untuk menolak. Walau Defa sadar bahwa ini hal yang salah, mengingat hubungannya dengan Ryan tapi rasanya memang ini yang sedang Defa butuhkan saat ini. Menuangkan semua yang ia rasakan, kesedihannya, kekecewaannya dan rasa tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi.

“Maafin gue, gue gak bermaksud buat bikin lo tambah sakit, tapi gue juga gak bisa nyembunyiin ini lebih lama.” Jelas Alvin walau Defa sebenarnya sudah tidak peduli lagi dengan semuanya. Intinya adalah lagi-lagi Ryan membuat hatinya sakit.

“Kayanya gue udah gak ada artinya lagi.” Ucap Defa yang masih berada di pelukan Alvin.

“Lo kenapa ngomong gitu?”

“Gue sama Ka Ryan tuh gak bentar ka. Tapi kenapa dia gak jujur.” Ucap Defa dengan suara yang tidak begitu jelas karena tangisannya. Tapi untungnya Alvin masih mengerti apa yang diucapkan oleh Defa.

“Def,” Ucapnya pelan
“Bagi cowo ada sesuatu yang harus diceritakan dan ada sesuatu yang harus disembunyiin. Semuanya itu pasti buat kebaikan pasangannya.” Jelas  Alvin sambil mengusap pelan rambut Defa. Entah kenapa mendengar penjelasan Alvin makin membuat Defa tak habis pikir dengan apa yang sedang terjadi.

“Tapi ini soal perasaan ka. Dan bukannya jujur itu lebih baik, walaupun menyakiti salah satu pihak.” Balas Defa yang kini melepaskan pelukannya dari Alvin dan mulai menghadapkan wajahnya pada Alvin.

“Begitulah perbedaan cewe sama cowo, cewe menggunakan perasaannya sedangkan cowo banyak menggunakan logikanya. Mungkin Ryan berpikir bakal nyeritain semuanya di waktu yang tepat.” Jelas Alvin yang sepertinya tidak membuat Defa merasa baik.

Melihat Defa yang diam saja setelah mendengar perkataan Alvin barusan, membuat Alvin sedikit bingung apa yang harus ia lakukan lagi pada Defa. Alvin memalingkan wajahnya sebentar dari Defa seraya menghela nafas berat, setelah itu pandangannya beralih kembali pada Defa.

“Udah jangan nangis lagi, mending kita pulang aja yuk. Udah malem juga.” Ucap Alvin sambil mengusap pundak Defa beberapa kali. Defa pun akhirnya mendengarkan ucapan Alvin dan mengusap air matanya lalu menerima uluran tangan Alvin yang mengajaknya untuk pulang.

Mereka berdua berjalan bersama sampai ke tempat dimana Alvin memarkirkan kendaraannya. Alvin yang sadar karena dirinya sedang membawa motor dan sekarang juga sudah agak larut, akhirnya melepaskan jaket yang dipakainya dan memakaikannya pada Defa.
Defa yang mendapat perlakuan seperti itu dari Alvin sontak saja terkejut dan menoleh pada Alvin.

“Lo yang pake aja, angin malem gak bagus buat kesehatan.” Ucap Alvin cepat dan Defa hanya mengangguk pelan.

Setelah Alvin menyalakan motornya, ia pun segera menyuruh Defa untuk naik. Merasa Defa sudah naik, Alvin mulai melajukan motornya. Di tengah perjalanan, Alvin sempat menanyakan dimana rumah Defa karena Alvin belum penah berkunjung. Defa mulai memberitahu dan Alvin langsung mengangguk mengerti.

Saat sudah sampai di depan rumah Defa, terlihat dua orang laki-laki yang kini tengah berdiri tepat di depan gerbang rumah Defa. Tidak sulit bagi Alvin dan Defa untuk mengenali siapa orang itu, karena dua orang itu adalah Ryan dan Rio.

Walau sedikit ragu, Alvin tetap memberhentikan motornya di depan rumah Defa, yang mana Ryan dan Rio melihat jelas apa yang dilakukan Alvin. Ryan menatap ke arah Alvin dan Defa secara bergantian dengan dingin sedangkan orang di samping Ryan yaitu Rio kini melihatnya dengan gelisah. Karena takut kejadian dulu akan terulang.

Between Us (Sequel A Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang