Frustasi

1.3K 145 48
                                    

Happy Reading...
______________________________________



Malam yang gelap dan sunyi. Sebuah mobil hitam mengkilap tengah melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kota Bandung yang kini mulai sepi kendaraan.

Hening. Itulah hal yang terjadi didalam mobil. Tidak ada yang mau memulai percakapan. Sepertinya mereka tengah asik dengan fikiran masing-masing.

Ya, setelah pulang dari pemakaman tadi, devarga langsung mengantar seinna pulang.  Alasan simpel, dia tak ingin terjadi sesuatu pada seinna. Lagipula jarak dari pemakaman ke rumah seinna lumayan jauh. Ia tak mau jika gadis kesayangannya itu harus pulang naik taksi, terlebih lagi diwaktu malam seperti ini. Sangat tidak baik.

Alah! Bilang aja mau berduaan sama seinna. Pake acara modus nganterin pulang lagi.

Devarga menatap sekilas kearah seinna yang kini terlihat seperti tengah malamun. Ia yakin ada sesuatu yang sedang difikirkan oleh gadis itu. Namun gadis itu pasti bingung ingin menanyakannya dari mana.

"Apa lu masih ada pertanyaan?" cletuk devarga memecah keheningan.

Seinna yang merasa sedang diajak bicara oleh devarga langsung menoleh dengan ekspresi kagetnya.

Diam sebentar kemudian mulai berdehem kecil. Sejujurnya masih ada banyak hal yang ingin seinna tanyakan pada devarga, tentang devanka dan stella. Namun ia bingung harus menanyakannya dari mana. Ia takut jika pertanyaannya akan memancing kemarahan devarga.

"Sebenernya gue masih penasaran, tapi..."

"Tanyain aja." ucap devarga santai tanpa menoleh sedikitpun kearah seinna.

Gadis itu mengangguk paham. Menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Sesekali seinna menatap kearah devarga sembari mencoba merangkai kata-kata untuk pertanyaannya.

"Gini ga, eum... lu inget gak? Waktu itu kita pernah ketemu di pemakaman. Eum.. Pas waktu lu nangis... Inget gak?" tanya seinna mencoba mengingatkan devarga tentang kejadian beberapa waktu yang lalu.

"Inget, kenapa?"

Seinna tersenyum setelah mendengar jawaban devarga. Syukurlah jika ia masih mengingatnya, yah setidaknya seinna tak harus menceritakan pertemuan mereka dulu karna sejujurnya seinna juga sudah sedikit lupa dengan kejadian waktu itu.

"Apa waktu itu lu juga dari makam devanka?"

Terdiam. Devarga kini mencoba mengingat semua hal yang terjadi waktu itu. Seingatnya kedatangannya ke pemakaman waktu itu bukan untuk mengunjungi devanka namun makam orang lain yang kebetulan terletak tak jauh dari makam devanka.

"Engga sei. Waktu itu gue pergi ke makam orang lain. Kenapa emang?" tanya devarga penasaran.

Seinna mengangguk paham. Jika bukan devarga yang datang waktu itu. Lantas siapa orang yang menaruh bunga mawar merah dimakam devanka? Apa ada saudara lain selain devarga yang seinna tidak ketahui?

"Kadi bukan lu yang tiap minggu naruh bunga mawar merah di makam devanka?" cletuk seinna tiba-tiba.

Devarga terdiam sejenak. Mencoba untuk mencerna ucapan seinna yang masih membuatnya kebingungan. Bunga? sejak kapan devarga suka mengirimi devanka bunga? Jujur saja, bahkan dia baru mengetahui letak makam devanka beberapa hari yang lalu.

Ah sepertinya devarga tahu siapa orangnya.

"Gue gak serajin itu kali sei! Tapi gue rasa orang yang ngirim bunga itu devano." cletuknya santai.

Mendengar nama devano membuat seinna mengerutkan dahinya bingung. Pria itu yang mengirim bunga ke makam devanka setiap minggu? Memangnya ada hubungan apa diantara mereka?

Dear D : : love or Die? | Revisi Full BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang