JALAN TIKUS DAN PREMAN

2.8K 210 14
                                    

VOTE DULUU!! JANGAN PELIT!😉

Spam comment yaa, anggep aja buat vitamin author biar up lebih rajin.

Saya tahu kalian orang cerdas yang bisa menghargai karya orang lain.

Typo terdeteksi? Beritahu Author yaa

Happy Reading...
________________________________________







"Iya pa! Seinna bentar lagi pulang kok!"

"Papa jangan khawatir ya? Nih seinna udah dihalte nunggu bus. Udah dulu ya pa? Byee pa!"

Bip!

Seinna mematikan sambungan telfon dari ayahnya. Gadis itu menghela nafas kasar sembari kembali mengecek buku yang ia butuhkan.

Dari atas halte, jalanan kota ini terlihat sedikit sepi kendaraan, mungkin karena sudah malam, jadi tak banyak orang yang sudi keluar rumah. Ditambah lagi udara dingin yang menusuk kulit. Huh tambah membuat malas.

Jujur, sebenarnya seinna juga malas untuk keluar rumah malam ini, tapi karena ia sangat membutuhkan buku aritmatika. Mau tidak mau dia harus pergi ke toko buku semalam ini.

Hanya sendiri, Tidak ada yang mengantarnya ke toko buku karena saat ia berangkat kedua orang tuanya masih berada dikantor masing-masing. Sedangkan sekarang, ayah dan ibunya juga tak bisa menjemputnya karena masih di kantor juga.

"Kok bisnya lama banget sih?" cletuk seinna sembari melirik alroji yang melingkar ditangan kirinya.

Gadis itu sudah benar-benar merasa bosan. Hampir 2 jam dia duduk dihalte itu. Namun nihil tidak ada satupun bus yang lewat. Bukan hanya bus, bahkan taksipun tidak ada yang lewat sama sekali.

"Apa gue jalan aja ya? Tapi lumayan jauh sih! Bisa pegel semua kaki gue!" bimbangnya.

Seinna mengacak rambutnya frustasi. Gadis ini sekarang sudah tidak tahu harus melakukan apa. Otaknya tiba-tiba buntu. Dengan banyak pertimbangan, seinna akhirnya memilih untuk jalan kaki sembari terus berharap dihalte bus pusat masih ada bus yang beroperasi.

Berjalan ditrotoar kecil, melewati beberapa toko yang mulai tutup, kedua tangannya sibuk menenteng sebuah kantong kain berisi 3 buku paket besar yang beratnya sangat lumayan.
Miris memang.

Seinna terus merutuki kebodohannya yang terlalu lelet. Mungkin ini juga bisa disebut karma karena tidak mendengar nasehat papanya.

Ya, siang tadi papanya menelfon mengingatkan agar seinna segera membeli buku-buku itu agar tak terburu-buru nantinya. Namun seinna hanya mengatakan 'iya' tapi dia tetap pergi ke toko buku di sore hari menjelang malam, jadilah sekarang dia menderita akibat ulahnya sendiri.

Lewat jalan tikus lebih cepet kali ya?

Seinna terus berjalan tanpa henti hingga sampailah ia disebuah gang kecil yang ia tahu berujung pada jalan didekat rumah seinna.

Awalnya gadis itu ragu. Namun karena malam semakin larut iapun akhirnya memilih untuk melewati gang itu.

Jalanan sepi dan sedikit gelap, hanya ada 2 lampu penerang jalan yang sudah cukup tua dan tidak terlalu terang menyinari sekitar gang itu.

Dear D : : love or Die? | Revisi Full BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang