PERPISAHAN

1.1K 111 15
                                    

Jangan nangis. Jangan menangisi orang yang bahkan tidak pantas buat lu tangisi.

-Kenzo Bramasta

♪♪♪♪♪♪♪







"Lu mau makan buah sei?"

Seinna berdecis sebal saat claazora menyodorkan sepiring apel yang sudah dikupas kearahnya. Bukannya apa! Pasalnya gadis itu sudah menawarinya hampir 5 kali. Padahal seinna sudah mengatakan bahwa ia sedang tak ingin memakan buah apapun.

"Oh! Atau mau kopi?"

Kini natalie yang menawarinya. Seinna kembali menggelengkan kepalanya sembari mendorong kecil gelas plastik yang disodorkan oleh sahabatnya itu.

"Gue lagi gak mau makan apa-apa guys! Kalian makan sendiri aja!" tolak nya dengan malas.

Claazora dan natalie yang tengah duduk di tepian banker seinna hanya saling menatap kemudian menghardikkan bahunya asal. Sudah 5 makanan lebih mereka sodorkan untuk seinna, namun gadis itu sama sekali tidak tertarik dengan semua makanannya. Padahal mereka sudah susah-susah mencari semua makanan kesukaan seinna agar gadis itu mau makan. Namun sepertinya semuanya sia-sia. Gadis itu tetap tak mau makan.

"Sei! Lu harus makan! Setidaknya sedikit gitu! Lu mau balik diinfus lagi karna gak mau makan huh?" omel natalie sembari menyendok seblak kesukaannya.

"Lu belum makan dari pagi Sei! Nanti perut lu sakit gimana? Gak kasihan sama cacing-cacing diperut lu?" Kini claazora yang berbicara.

Seinna tidak menggubris ucapan kedua sahabatnya itu. Justru kini gadis itu terlihat sangat fokus menatap kearah pintu masuk yang masih tertutup. Sepertinya dia sedang menunggu kedatangan seseorang.

Tapi siapa? Entahlah! Authorpun tak tahu.

"Sei! Ayolah!" ucap claazora membujuk. Namun seinna hanya malah melengos kearah lain. Mencoba untuk menghindari suapan yang disodorkan oleh claazora.

"Ck! Gue gak mau makan ra! gue cuma mau —"

Tok! tok! tok!

Belum sempat seinna menyelesaikan ucapannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah luar ruangan.

Semua orang yang ada didalam ruangan yang merasa penasaran refleks menoleh kearah pintu yang kini perlahan mulai berdebam terbuka, bahkan seinna sampai membenarkan posisi duduknya sedikit ketepian hanya untuk melihat wajah orang dibalik pintu kamarnya tersebut.

Raut wajah penuh harapan terpancar dari gadis itu. Dalam hati, ia berharap jika orang yang ada dibalik pintu itu adalah orang yang selama ini ia tunggu kedatangannya. Sungguh seinna benar-benar merindukan pria itu.

Bagaimana tidak? sejak seinna bangun dari tidur panjangnya beberapa hari yang lalu. Devarga tak pernah sekalipun mengunjunginya. Ah jangankan mengunjungi, saat seinna mencoba untuk menghubunginya lewat telfonpun hanya ada bunyi 'tut' namun tak pernah diangkat oleh sang pemilik nomor.

Mungkin dia sedang sibuk. Sehingga tak bisa mengangkat telfon dari seinna.

Mungkin dia belum bisa meluangkan waktu untuk menengok seinna.

Tidak! dia tidak mungkin berusaha untuk menjauh dari seinna karna seinna tahu devarga sangat mencintainya.

Begitulah asumsi seinna ketika fikiran negatif mengenai devarga tiba-tiba muncul dibenaknya. Walau terkadang ia percaya dengan asumsi ketiga, namun ia terus meyakinkan diri bahwa devarga tidak mungkin seperti itu.

Dear D : : love or Die? | Revisi Full BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang