Chapter 18

60 1 0
                                    

Matahari sore menyinari lapangan tembak terbuka, sedari pagi gemuruh dari suara senjata tak ada henti hentinya bergema. Aroma mesiu dan tembakau sudah menjadi khas dari tempat ini, Sudah dari siang hari Kim menembakan senjatanya disini, tidak seperti distrik ditempat tinggal Kim, distrik ini begitu panas, udara panas ini langsung membuat wajahnya mengering seketika. ia bersandar di sebelah Vending machine sambil berteduh di dalam tenda ia meneguk sampai habis air putih botol dan membuangnya kedalam tempat sampah. Ada alasan kenapa ia memilih tempat ini untuk hari ini, karena mereka memiliki lapangan tembak terjauh yang ada di negara ini. Ia padahal tidak mengenakan pakaian yang tebal, malah sebaliknya ia hanya mengenakan kaos putih dengan ammo vest serta celana jeans panjang. Namun panasnya sampai sampai menembus, kalau ia bisa berteriak saat ini ia akan berteriak sekeras-kerasnya.

"Panasnya" Omel Kim menarik kerah bajunya sambil mengipasi dengan tangannya, sudah lama ia tidak menembakan senjatanya di lapangan terbuka seperti ini, ia mulai ingat kenapa ia membenci tempat seperti ini. Kalau di lapangan tembak tertutup biasanya terdapat pendingin ruangan jadi udaranya tidak sepanas ini.

Sambil merogoh kantongnya Kim mengeluarkan Philips Moris dari kantongnya, ia menyalakan rokoknya, saat ini ia sedang menunggu seseorang, ia hendak menembakan sniper miliknya, tapi ia memerlukan spotter untuk mengetahui target yang ia tembak kena atau tidak. Sebenarnya ia bisa saja mengeceknya sendiri, tapi dengan spotter ia bisa mengetahui kekurangannya. Apa mungkin senjata yang ia tembakan meleset 5 meter kebawah atau terlalu tinggi, dengan spotter ia bisa langsung di benarkan.

"Halo, kau yang tadi mencari spotter bukan?" Tanya seorang pria paruh baya dengan wajah berjenggot tebal, ia mengenakan baju kaos hitam dan celana jeans yang sama casualnya dengan Kim. Ia memiliki tatapan yang mengintimidasi entah kenapa di balik senyumannya yang hangat.

"Ya itu aku, Aku Kim Saint Vermont" Ucap Kim menyodorkan tangannya.

"Ah halo, aku Immanuel, Saint Vermont ya, berati kau adalah bangsawan bukan?" Ucapnya sambil menjabat tangan Kim.

"Ah kau mengetahui keluarga ku ya, tapi aku bukan bangsawan" Jelas Kim sambil menghisap rokoknya.

"Tapi keluarga mu di perlakukan bak bangsawan bukan di Vermont" Tanyanya lagi.

"Ah, gimana ya, kurasa begit?" Balas Kim bingung, yang ia katakan masalahnya ada benarnya.

"Kalau kau tak keberatan aku harus mengisi magazen sniperku dahulu" Ucap Kim berjalan ke sebuah meja dan meletakan tas sniper miliknya. Ia mengeluarkan magazen kosong dan beberapa kotak peluru.

"Tak apa santai saja" Balasnya duduk di kursi sebelah meja sambil merokok.

"Aku juga dari North Amerika ngomong-ngomong"

"Oh benarkah, dari mana?" Tanya Kim sambil memasukan peluru sebutir demi sebutir kedalam magazen.

"Southern corporate state"

"Negara korporat ya, kau tentara korporat atau mercenary?"

"Tentara, kalau kontrak ku habis biasanya aku menjadi mercenary"

"Kau sudah kemana saja?"

"Baru Eropa dan Asia, kau bagaimana?"

"Aku bukan tentara, jadi aku belum pernah kemana-mana dan selagi pula aku tak tertarik jadi tentara" Jelas Kim.

"Oh sorry kukira kau tentara juga, aku tadi melihat mu menembakan ArmaLite milik mu, karena kau menembakan dengan jago kukira kau juga tentara, lalu apa kau hanya hobi menembak?"

"Ya aku juga hobi menembak sih walau tak sering" Balas Kim memasukan Magazen yang sudah terisi kedalam Ammo vest miliknya.

"Oh begitu, jadi kau sudah mengisi magazen ya"

(18+) Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang