Chapter - 7

162 3 0
                                    

Kim minum bir seorang diri sambil bersandar di ujung ruangan, suasana rumah begitu ramai, dentuman musik pop bergema lembut pesta ini lebih mengarah ke ngobrol santai dari pada pesta pada umumnya, namun yang menjadi masalah adalah suara orang mengobrol dengan kencang, ia berusaha tidak menghiraukannya, namun akhirnya tetap menggangu dirinya. Melihat orang bersenang-senang begitu membuat hatinya sakit, membuat dirinya teringat bahwa ia selalu sendir.

Ia tidak mengingat sejak kapan ia mulai menjauhi orang-orang, namun yang ia ingat sedari muda ia sudah mencoba untuk menjauhi semuanya, bahkan kedua orang tuanya. Hingga akhirnya Iore datang, dan Luis yang mencoba untuk ikut mengisi hatinya.

Dulu sekali ia sudah memutuskan untuk menyendiri, ia merasa ini yang terbaik, tak siap rasanya untuk terikat dengan orang lain, ia tak siap untuk kehilangan seseorang, mungkin itu alasan kenapa ia menjauh, kalau dari awal tidak kenal ia takan bisa merasakan kehilangan.

Layaknya bunglon Kim menyatu dengan backround, terkadang orang tak menyadari akan keberaanya. Hari ini ada pesta di rumah salah satu anak kampus dan Kim juga ikut di undang, dia sebenarnya gak suka datang ke acara seperti ini, tapi mendengar bir gratis dan keuanganya yang lagi amburadul, mungkin gak apa lahh sekali-kali. Kim datang kesini bersama Iore, tapi Iore tadi pergi mendatangi temannya, Iore padahal mengajaknya untuk ikut, tapi Kim tak ingin Iore bersamanya, ia takut kalau ia terlihat bersama Iore reputasi Iore akan hancur. Padahal itu tak mungkin terjadi, namun namanya saja Kim.

Ia selalu merasa yang namanya sepi bila ia tidak bersama Iore dan Luis, tunggu dulu kenapa ia menambahkan Luis, tapi Luis memang sering mengajak Kim ngobrol dan menemani ia membeli baju seperti kemarin kan. Kurasa ia memang anak yang baik, walau terkadang ia seperti orang bodoh tapi rasanya ia punya niat yang baik.

Sambil minum bir Kim menyalakan rokoknya. Ia ingin mencari Iore, kemungkinan Iore sedang bersama temannya sih, sepertinya aku bakal kesepian lagi saat ini. Menghela napas panjang Kim hanya bisa menerima nasibnya, tapi ini sudah pilihannya bukan, memilih untik menyendiri.

Ia menjadi murung kalau memikirkan itu, harusnya ia keluar sendiri saja minum di bar, biar disini gratis malah bikin sengsara. Setidaknya kalau di bar memang minum sendiri, disini minum sendiri malah canggung, dan berasa tak punya teman, kurasa bagian tak punya temannya memang benar.

Tak lama bermurung-murung, akhirnya Kim melihat Luis. Dibalik wajahnya yang datar Kim begitu senang saat melihat Luis, ia mungkin tak akan merasa kesepian lagi. Saat ia berjalan hendak bertemu dengan Luis seorang wanita langsung memeluk luis erat. Hati kim langsung remuk. Kecemburuan dan kebencian langsung merasuk kedalam hatinya.

Luis membalas pelukan tersebut, senyuman luis terlihat begitu berbeda, kim bahkan tak pernah melihatnya. Ia terlihat begitu manis dan lembut, ia begitu iri sangat, sangat sangat dan sangat iri melihat gadis itu menerima senyuman Luis, bukankah harusnya ia yang menerimanya?

Wajah kim memucat, di bandingkan Kim gadis itu puluhan kali lebih cantik darinya, tentu luis senang menghabiskan waktu dengan perempuan itu bukan.

Dan bahkan ia menyentuh-nyentuh Luis, luis sebaliknya mengusap usap kepala gadis itu. Siapa sih dia beraninya megang megang luis, gak tau apa luis milik ku. Tunggu kim, tunggu dulu. Kim mulai memucat kakinya serasa tak bertenaga sampai ia harus bersandar di dinding. Yang benar adalah siapa Kim?

Dari awal aku tak ingin orang tau kalau aku berhubungan dengan dia bukan, dan kasihan juga dirinya berteman dengan ku, itu akan menghancurkan reputasinya.

Mereka tertawa bersama, mengobrol bersama, dan mereka bersentuhan dengan akrab, salah ku pikir bila ku mengira hubungan kami istimewa. Aku hanya teman seks, tentu saja untuk apa ia melihatku berbeda. Baginya aku hanya permainan. Aku bisa dipakai.

(18+) Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang