(18+) Digital Love

Chapter - 14

Malam itu Kim memutuskan pergi dari rumah Andre, saat yang lain terlelap, Kim pergi seorang diri, Mike mengantarkannya sampai depan pintu, sesuai janjinya ia akan mendukung apapun yang Kim mau. Memang begitu bukan menjadi seorang teman yang baik adalah saling mendukung, kalau semua ini lancar Kim akan kehilangan temannya, dan hanya menyisakan Mike dan Iore.

"Hati-hati di jalan" Komentar Mike sambil menghisap rokoknya, percakapannya tadi membuatnya takut sebenarnya apakah ini adalah pilihan yang tepat. Tapi Iore sudah mengirimkan pesan bahwa dukung apapun yang ia mau.

"Iya" Lirihnya pelan, Kim pergi meninggalkan Mike. Pikirannya menjadi kosong, kenapa menjadi seperti ini, bukankah tadi ia sedang bermesraan dengan Luis, apa yang terjadi apakah ciuman tadi mendobrak isi hatinya, apakah tatapan matanya yang membuat jiwaku tersadar. Apakah cintanya yang selama ini kurasakan yang membuat ku begini. Ia rasa Luis memang mengubah dirinya,

Kalau iya kenapa aku harus lari dari dirinya saat ini, apakah tragedi masa laluku, atau kutukan keluarga ku, ataukah, ataukah aku tak siap untuk hidup bersama orang lain.

Dari dulu aku selalu hidup sendiri, Ibuku selalu sibuk, ayah ku seperti tak pernah ada dalam kehidupan ku, yang menemani diriku hanyalah diriku sendiri. Sehingga ketakutan ku akan manusia membuat ku lari. Apakah aku tak di inginkan atau kah aku tak di anggap ada, aku sendiri masih tak memahaminya.

Sejak aku kecil aku selalu sendiri, itu adalah yang paling natural yang ku rasakan, aku harus kembali sendiri, kalau aku mencintai dirinya maka aku harus meninggalkan dirinya bukan. Dia pantas mendapatkan orang yang lebih baik dari diriku.

Dari awal dia cuma ingin tubuhku bukan, aku ngeharapin apa sih. Suara petir mengetarkan distrik ini. Seirama kakinya mulai cepat, tetesan hujan mulai menyentuh tubuhnya, menyucikan dirinya kembali. Ia salah, ya dia pecundang paling besar di bumi ini, mengharapkan cinta oleh Luis, kebodohan apa ini, mereka musuh bukan, mereka selalu kelahi kan. Kalau Luis emang baik sama dia, dari awal saat ia masih menjadi laki-laki harusnya ia tetap baik pada dirinya kan. Tapi tidak mereka sudah berkelahi kan dari awal, ya memang awalnya salah Kim, karena ia memang kasar tapi tetap saja ini salah Luis!

"Tapi aku cinta sama dia" Ucapnya berhenti di tengah jalan. Pikiran itu terbesit di kepalaku. Emang bener kan Luis cuma mau tubuhnya, kenapa ia bisa jatuh cinta sama orang sebrengsek ini.

"Iya tapi kenapa, kenapa kalau aku cinta dia, dia gak cinta aku" bentak Kim kepada dirinya sendiri menampar wajahnya untuk membangunkan dirinya kembali.

"Tapi cintaku nyata sama dia" ucapnya pelan "aku benar-benar pecundang" ucapnya makin Pelan. Air mata mengalir dari matanya, ia tak bisa menahan lajunya air mata ini, ia mencoba kuat, dari dulu ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak pernah terikat kepada orang lain, namun itu gagal. Gagal segagal gagalnya. Tak ada gunanya ia mencoba memiliki teman karena ia akan pergi pada akhirnya, ia mencoba lari dari takdir, tapi takdir itu akan mengejarnya, dimana ia pergi ia tak boleh membawa orang yang ia cintai karena itulah ia harus meninggalkan orang yang ia sayangi.

"Kenapa kau harus pergi ayah?" Tanya Kim kepada orang tuanya, ia kembali flashback dengan apa yang terjadi saat ia masih kecil. Walau ini sudah lama berlalu tapi ia masih bisa mengingatnya seperti itu baru saja terjadi.

"Karena ini adalah tugas kita" Ucapnya sambil mengikat tali sepatu boots militernya. Di sebelahnya sudah tersusun rapi beberapa tas militer dan senjatanya. Sepertinya ia akan kembali pergi lagi, untuk kesekian kalinya.

"Tugas kita?"

"Semua yang beradarah Saint Vermont akan merasakan medan perang, mereka mau atau tidak mau takan bisa memilih, mereka akan dan pasti menjadi tentara, war was inevitable, jadi kita tak bisa terikat kepada siapapun, akan susah untuk melepaskan ikatan ini, dari awal seharusnya aku tidak menikahi ibumu, tapi yang terjadi biarlah terjadi" Ucapnya sambil menghisap rokoknya.