Chapter - 28

54 3 0
                                    

Kim terduduk di kursi rumah sakit, untuk pertama kalinya ia merasakan seluruh tubuhnya sakit, tak pernah sebelumnya ia merasakan sakit teramat sakit seperti ini. Meletakan pistol dan senapanya di sebelahnya Kim menyalakan rokoknya.

"Darah" Gumamnya dingin, ia menatap kedua tangannya, penuh akan darah Luis. Saat ini Luis sedang terbaring di ruang operasi, ia hampir saja mati karena harus menyelamatkan dirinya.

"Kupikir aku bisa mengalahkannya rupanya aku salah" Gumam Kim kian emosional, ia masih tak menyangka ayahnya sendiri yang membunuh ibunya, bagaimana bisa ia membunuhnya, kenapa ia tega membunuhnya.

Kim sedari tadi menunggu kabar dimana Harvey berada, ia sudah mengirim orang untuk mencari harvey sampai dapat, ia tak ingin ayahnya bebas, ia harus menyelesaikan ini semua.

Tak boleh lagi ada benang yang kusut, ia tadi terlalu gegabah dan ragu, tidak boleh lagi ada keraguan di hatinya.

"Kalau memang darahku terkutuk, maka akan ku gunakan kekuatan ini untuk kebaikan" Jelas Kim menghembuskan asap rokoknyk, ia mematikan rokoknya melemparkannya kelantai dan menginjaknya.

Ia membuka hpnya yang mulai berbunyi, ada sebuah pesan, nampaknya mereka berhasil menemukan Harvey, ia saat ini sedang bersembunyi di markasnya.

Kim berdiri dari kursinya, mengambil senapannya dan mengisi pelurunya, ia menyarungkannya. Mengambil pistolnya dan berjalan masuk kedalam ruang operasi, dalam ruangan ini ada dinding kaca yang bisa di gunakan untuk melihat operasi.

Kim terdiam sejenak memandang Luis, ia harus pergi, ya pergi meninggalkan Luis seorang diri, harusnya ia disini, namun ia tak bisa, ia harus pergi.

"Akan ku selesaikan segalanya Luis" Gumam Kim beranjak pergi dari ruangan ini, ketika ia sudah keluar dari rumah sakit, terdapat helikopter yang sedang menunggunya.

Tanpa tunggu ia segera masuk, duduk di kursi ia kembali menyalakan rokoknya, harus ia akui, ia memang memiliki keluarga yang aneh, apa yang selama ini ia pelajari dalam hidupnya?

Sejujurnya tak banyak yang berubah dari hidupnya, namun ada satu hal yang harus ia akui, ia belajar untuk mencintai.

Ia merasa seperti ini adalah akhir dalam hidupnya, ia hanya bisa tersenyum puas, kalau ia matipun di tangan ayahnya, ia tetap merasakan puas, karena setidaknya ia telah mencoba.

Suara tembakan mulai terdengar, tak jauh dari sini sebuah gedung pencakar langit sedang di serbu oleh para tentara.

Helikopter ini lalu mendarat di atas gedung. Kim keluar dari helikopter, Harvey harusnya berada di gedung ini, bagaimanapun ia harus menghancurkan dirinya. Tanpa tunggu Kim segera berlari masuk kedalam gedung.

Layaknya banteng Gila Kim menyebu masuk seorang diri, lantai demi lantai ia turuni, ruang tiap ruang ia bersihkan, tiap lantai ia baku tembak, dan setiap kali ia selalu yang menjadi pemenangnya.

Dengan sekali tendangan kim menendang pintu tersebut sampai melayang, Harvey terduduk di kursinya membelakangi Kim.

Tanpa tunggu Kim menembakan pistolnya, Harvey langsung menendang mejanya dan menjadikannya tameng.

Harvey terlihat lelah, peluru yang di tembakan oleh Kim masih bersarang di perutnya, ia menembakan pistolnya dari balik meja.

"Kenapa kau diam brengsek" Bentak Kim kepada Harvey, keduanya baku tembak dalam jarak dekat.

"Kamu memang cerewet seperti mamamu!" bentak Harvey memegangi perutnya, kim lalu mengarahakan senapan laras panjangnya ke arah Harvey. Ia menembakan seluruh isi pelurunya kepadanya, beberapa tembakan itu meleset mengenai jendela kaca di belakang mereka.

(18+) Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang