Chapter - 9

107 5 0
                                    

Akhir bulan favorit Kim, beberapa hari lagi ia akan gajihan, siapa yang tak suka namanya uang bukan, Kim sedang menuju tempat kerjanya, namun rasanya ada yang ganjil dari tadi merasa janggal, ia mencoba untuk tidak menghiraukan perasaan ini, tapi perasaan diawasi dan selalu di perhatikan ini menggangunya, ia tidak ingin celingak-celinguk menatap kesana kemari karena akan kentara banget kalau ia tau sedang di awasi. Ia mencoba untuk tetap tenang sambil berjalan ke tempat kerjanya seperti biasa. Ia berhenti sejenak di depan toko, untuk melihat pakaian, namun alih-alih eye shopping, Kim mencari seseorang yang mencurigakan melalui kaca toko.

Semua orang lalu lalang tampa memperdulikan satu sama lainnya, tak ada yang terlihat mencurigakan, namun Kim masih merasakan perasaan tidak asing ini, hanya satu orang yang mampu membuat Kim merasakan perasaan ini. Apakah ia telah kembali.

Ia bukan hacker yang mampu meretas ratusan jaringan dengan mudah dan bisa meretas kamera untuk memperhatikan keadaan sekitarnya, ia juga bukan orang intelijen seperti orang tuanya, mereka bisa dan mampu untuk mencari orang yang mencurigakan. Satu-satu yang ia ketahui adalah cara untuk menghajar orang sampai mampus. Kim memutar arah dan berjalan ke gang sempit, ia tau ini bukan jalan yang biasa ia pakai, andai ia berhasil menemukan orang yang mengikutinya. Entah apa yang akan ia lakukan kepadanya. Kalau ia memang ia sedang di ikuti dari tadi orang itu pasti akan kesini juga.

Kim berjalan di gang lalu langsung belok dan bersandar di dinding, Ia menghela napas panjang dan mencoba untuk tetap tenang menstabilkan detakan jantungnya, kenapa juga ada orang yang ingin mengikutinya. Memangnya sepenting apa dirinya, Kim merogoh kantong jaketnya bagian dalam, dengan perlahan ia mengambil pistolnya dan langsung membuka pengamannya, lalu mengokangnya. Ia lalu mencoba mengintip kesamping. Tak lama ia merasakan sesuatu yang dingin di kepalanya. Rupanya seseorang sudah mengarahkan pistol dikepalanya. Bagaimana bisa pikir kim, apakah ia mencari jalan lain, orang ini bukan amatir.

Kim langsung mengarahkan tendangan dari kakinya menuju tangan tersebut untuk menjauhkan pistolnya, dengan mudah ia menghindari tendangan Kim, tampa mengurangi ritmenya Kim langsung menendangkan kakinya kembali ke arah orang tersebut, ia masih tak bisa memperhatikan siapa orang di hadapannya.

Kim mengarahkan tendanganya tepat di wajahnya, ia langsung menahan tendangan Kim, walau ia sempat mundur beberapa langkah. Kim memamfaatkanya untuk segera mengarahkan pistolnya tepat di mukanya.

"check mate" Ucap Kim terengah-engah.

"Kau juga" ucapnya, ia menggoyangkan tanganya, rupanya di bawah leher kim ada pisau yang siap menyayatnya. "Halo Kim" Komentarnya lagi sambil tersenyum, perempuan memakai jas dengan rambut hitam pendek ini memiliki wajah yang tidak jauh mirip dengan Kim.

"Demi tuhan mah, tak bisakah kau bertemu dengan anakmu seperti orang normal lainnya" Ucap Kim memasukan pistolnya kedalam jaketnya.

"Kau pasti merindukan ku ya" Ucap Maria memeluk Kim.

"Tidak terima kasih" Ucap Kim mendorong mamanya, ia sangat tidak mood, apalagi setelah apa yang ia lakukan. Mentang-mentang ia orang intelijen selalu saja mengerjai Kim seperti ini.

"Oh ayolah, kau tak perlu berbohong, aku tau kau pasti merindukan ku" Ucap Maria memaksa untuk memeluk Kim, ia memeluk Kim dengan erat sambil mencium-cium kepalanya. "lihat tak terlalu buruk kan"

"Iya deh iya" Ucap Kim menyerah.

"Dadamu besar juga ya" Ucap maria langsung mengecek dada kim dengan meremasnya, tidak secara langsung tentu saja, dari luar juga, cuma tetap saja sukses membuat Kim berteriak kaget.

"Mah aku tau kamu itu orang tuaku, tapi kan tetap aja!" Ucap Kim jengkel mendorong tangan Maria. Harusnya orang tau tetap tau batas antara anak dan orang tua. Kim mendengus kesal, ia lalu berjalan menuju tempat kerjanya saja. Maria ikut di sebelah Kim. "Tunggu, dari mana mama tau aku perempuan, dan kenapa biasa aja gak terkejut gitu?"

(18+) Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang