Segala hal di dunia hanya sekali, setidaknya. Sekali hidup, sekali mati. Namun, ada juga hal yang terjadi beberapa kali seperti banjir di ibu kota atau demo akibat pendapat yang selalu diajukan tak kunjung menjadi nyata.
Perihal perasaan, misal.
Ba...
Brian dan Kala masih berjibaku dengan jalanan kampung yang agak rusak, cukup untuk membuat kaki keseleo jika tidak hati-hati melangkah. Sialnya, penginapan yang Brian pesan ternyata baru saja ditutup dikarenakan pemiliknya ditangkap atas tuduhan penampungan perdagangan wanita dan anak-anak ke luar negeri.
Sejak tadi Kala mengeluh serta misuh-misuh keteledoran rekan sekaligus atasannya itu, biasanya Brian tidak pernah begini. Maklum saja, katanya dia ditinggalkan sang kekasih meninggal dunia menurut penuturan lelaki itu. Kala sih iya-iya saja, lihat kekasih Brian aja belum pernah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kita mau jalan sampe mana lagi ini, Bang? Lama-lama bisa tembus ke hutan jadi Tarzan kita,” seloroh Kala akhirnya. “Ini bener-bener gak mau numpang di rumah warga dulu lo?”
“Gak enak, Kal. Bukan saudara, bukan tetangga masa main numpang.”
“Yee kalo tetangga mana mungkin numpang, kan punya rumah sendiri di sini.” Oke, Kala kalau lagi sebel makin pintar berdebat. “Serius, Bang. Kadang kita harus melanggar prinsip supaya bisa melanjutkan hidup.”
“Sok bener lo.”
“Kata temen gue sih begitu, kebetulan selama menerapkannya kaga pernah kena tulah sendiri.” Gigi bersih rapi Kala terlihat ketika lelaki itu nyengir. “Si Rana, kenal kan lo?”
“Kaga, mana gue kenal temen lo satu-satu.”
“Yaelah temen gue gak seberapa kali, emang udah bawaan umur sih susah ya?” Ucapan tak sopan Kala dibalas delikan kesal Brian. Sudah lelah, ketipu, tak menemukan tempar istirahat ... pakai segala disindir usia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Gue gak bisa melanggar prinsip, Kal. Sekali gue memutuskan sesuatu, pasti gue jalanin sampai akhir walau akhirnya belum tentu baik.”
“Iye-iye, lo mah orangnya lurus banget pantesan Chandra kagum banget sama abangnya.”
Brian menoleh, kaget. “Lo kenal Chandra?”
“Kenal dong, dia kan junior gue di kampus. Satu paguyuban gue sama adek lo, gak tau ya? Kasian amat.”
“Kal, sekali lagi mulut lo rese lagi, gue timpuk pake tripod.”
