Ditto baru tiba di apartemen Elysia pukul sepuluh malam pas. Jaraknya yang cukup jauh dari Frasa Karsa membuatnya memerlukan waktu tak sedikit. Lagi, tadi dia sempat mampir ke rumah Ashita sebentar karena gadis itu bilang mau menitipkan sesuatu milik mamanya.
Tak habis sampai situ, Ditto perlu jeda setelah bertemu Ashita. Karena bagaimanapun, dulu pernah ada rasa di hatinya untuk perempuan itu dan bertemu lagi di depan rumahnya adalah cobaan besar bagi Ditto. Dia hanya bisa berharap, semoga lambat laun tidak akan terasa seberat ini supaya yang seharusnya selesai ya selesai saja.
Lift yang membawanya naik hingga ke lantai teratas berhenti tepat di angka 70 kemudian membuka dua sisi pintu, menampilkan penampakan lorong yang sepi. Wajar, di lantai ini hanya ada satu unit yaitu unit apartemen Elysia, namanya saja penthouse. Sebagai anak salah satu konglomerat dan berprofesi publik figur, dia sangat memperhatikan setiap hal yang akan dipakainya.
Ditto melangkahkan kaki dengan pasti sembari membawa seikat bunga marigold kesukaan Elysia. Kebetulan tadi sebelum ke sini ada toko bunga yang masih buka, jadi dia mampir. Hitung-hitung mengurangi sedikit kesal di hati perempuan itu saat mereka bertemu.
"Sadar diri, Mas Haru gak ada apa-apanya dibanding Ditto!"
Dahi Ditto berkerut cukup dalam, kebingungan mendengar jeritan penuh amarah dari dalam apartemen Elysia. Sepertinya, Gaharu-kakak Elysia-datang berkunjung, tetapi keadaan di antara mereka tidak bagus. Mencoba masuk dan melerai bukanlah pilihan bagus, karena topik pembahasan mereka adalah dirinya.
"You'll see, Elysia. Gue udah coba peringatkan sekarang."
Ditto sampai menelan ludah mendengar ancaman Gaharu dari luar. Dia tahu, Gaharu bukan sosok yang ramah apalagi suka berbasa-basi. Hanya dua kali dia bertemu Gaharu dan dari dua kali pertemuan itu Ditto hampir mati gara-gara Simba-singa peliharaan Elysia-terlepas.
"Apakah setelah melihat itu, lo masih sanggup membandingkan kakak lo dengan tunangan yang kata lo amat sangat baik itu."
"Ini apa?"
"Foto, lo gak liat? Cakep-cakep kok buta barang sih."
"What I mean-"
"Gue cabut."
Belum sempat bergerak, Gaharu keburu keluar dan melihat Ditto tengah berdiri di depan pintu unit apartemen Elysia. Senyum tipis menambah kesan menyeramkan lelaki jangkung itu. Dia mengangkat satu tangan, memberi gerakan menyapa. "Hai, calon adik ipar. Apa kabar?"
"Gak buruk, Mas Haru sendiri gimana?"
"Hoh, as expected lo pasti selalu kaku begini. Gimana bisa Elysia demen setengah mampus sama orang sekaku lo? Udah sinting itu anak."
Memilih untuk tidak menanggapi kesarkasan Gaharu, Ditto bertanya lagi, "Udah mau balik?"
"Gue kan buronan, jadi gak bisa lama-lama muncul ke publik kaya gini." Sebelum benar-benar pergi, Gaharu merapatkan diri ke Ditto lalu berbisik, "Lain kali kalau mau curang, pilih lawan baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
S E N A N D I K A 2.0 | ✔
RomanceSegala hal di dunia hanya sekali, setidaknya. Sekali hidup, sekali mati. Namun, ada juga hal yang terjadi beberapa kali seperti banjir di ibu kota atau demo akibat pendapat yang selalu diajukan tak kunjung menjadi nyata. Perihal perasaan, misal. Ba...