D I T T O
Sepulang mengantar Nayla, gue gak langsung ke rumah. Melainkan melaju ke sekitaran Rumah Sakit Duren Sawit, dekat kediaman Ashita. Tanpa sadar, setiap gue punya masalah atau hati gue gak tenang ... satu-satunya tempat yang gue datangi adalah rumah cewek itu.
Rumahnya yang sekarang sudah berganti warna menjadi hijau pastel dan beberapa tanaman rambat di sekitar pagar membuat gue sadar kalau waktu benar-benar berlalu membawa semua kenangan. Tapi, di mata gue yang terlihat justru cuma sosok gue yang diomeli habis-habisan sama Ashita di sana.
“Kalo lo sayang, harusnya lo ngotot buat perjuangin, To.”
“Gak pernah ada kata terlambat selagi dia belom nikah.”
“Atreo udah nyakitin dia segitunya, masih ada kesempatan gede buat lo.”
Kesempatan ya? Hahaha. Kayaknya satu-satunya kesempatan yang gue punya cuma terus hidup berseberangan sama dia, bukan bersisian. Karena buat Ashita, selamanya gue terlalu baik buat dia. Padahal dia layak dapat yang terbaik. Ironis.
Ashita, andai lo bisa melihat dunia seindah dunia gue melihat lo.
Tuhkan, mulai deh. Sedih lagi, ngarep lagi. Kapan selesainya sih, To, masa berkabung lo? Udah mau jadi bapak lo.
“Gak bagus nih, kudu cepet bal—”
Tau-tau kaca mobil diketok beberapa kali dari sisi kanan tempat gue mengemudi, bikin gue kaget auto mencet klakson. Sialan. Langsung aja gue buka kacanya, gak peduli itu setan atau orang. Beraninya dia gak sopan begitu ke orang lain.
“Permisi, Bapak Ditto. Mohon maaf, boleh meminta waktunya sebentar?”
Dang, how could my heart still skip like this after all those years gone everytime she showed up?
“Bahasa lo kaku banget.” Gue tertawa sejenak sebelum membuka pintu mobil. “Geseran dikit, nanti lo kena pintu.”
Wajahnya berubah meledek kala gue berkata begitu. Matanya melebar, bibirnya tersenyum ke bawah, dan alisnya berkerut. Dia bener-bener masih sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E N A N D I K A 2.0 | ✔
RomanceSegala hal di dunia hanya sekali, setidaknya. Sekali hidup, sekali mati. Namun, ada juga hal yang terjadi beberapa kali seperti banjir di ibu kota atau demo akibat pendapat yang selalu diajukan tak kunjung menjadi nyata. Perihal perasaan, misal. Ba...