#Rasa 25 : Rahasia-Rahasia

137 26 12
                                    

R A H M A

“Loh, udah pulang ke Indonesia dia? Dari kapan?” Bunda kelihatan seneng banget, melebihi waktu tau gue balik kayaknya haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Loh, udah pulang ke Indonesia dia? Dari kapan?” Bunda kelihatan seneng banget, melebihi waktu tau gue balik kayaknya haha. “Ya ampun, Bunda kangen deh sama dia. Terakhir kan waktu kamu baru lulus kuliah ya dia main? Yang nginep sama Ashita sama Nayla.”

“Iya, Bunda, Divya udah pulang.”

Udah lama banget kejadian yang Bunda sebut, tapi mungkin karena berkesan jadi Bunda masih inget sampai sekarang. Ya gimana gak inget, cuma Divya yang bisa ngajak ibu dari temennya buat main remi terus yang kalah adu sentil dahi. Tiap inget itu gue masih agak gak paham sama pola pikirnya haha.

“Kapan-kapan ajak ke sini ya? Bilang sama anaknya, Bunda kangen ghibah bareng haha.”

Bunda tertawa, sampai gusinya sedikit kelihatan. Tapi, gue tahu betul beliau sebenarnya ingin menangis mendengar kabar kepulangan Divya yang baru gue kasih tau hari ini.

“Iya pasti, Bun.” Gue memeluknya sekali lagi sebelum membawa barang-barang ke depan. “Rahma pergi dulu ya, abang taksinya udah sampai di depan.”

“Hati-hati ya, Ma.”

Sampai di dalam taksi, gue langsung duduk dan menghadap ke luar jendela. Di tengah laju yang cukup menderu, gue memandangi pemandangan ibukota yang didominasi gedung bertingkat. Sambil mengingat tawa bunda di rumah tadi, sebuah kenangan terputar tanpa sengaja.

Dulu, waktu Ashita main ke rumah beberapa bulan setelah abangnya meninggal. Bunda gak mengungkit berita kepergian Kak Fahri dan malah mengajak Ashita sibuk mengobrol juga bercanda dengan ayah. Lalu tanpa sengaja di malam hari, Rama gak sengaja melihat Bunda menangis sesegukan  di ruang keluarga sambil mengusap salah satu bingkai foto yang baru gue ketahui beberapa tahun setelahnya adalah foto Bang Fahri dan Ashita di hari ulang tahun gue kelima belas.

Bunda dan rahasianya.

Ah, bicara soal rahasia, gue jadi penasaran. Rahasia apa yang mau Divya kasih tau ke gue dan anak-anak sampai diminta ke apartemen Paduka segala? Dugaan gue, mungkin soal anak kecil yang kemarin diajak ke pesta resepsi Maudy-Saga atau soal apa aja yang dia kerjakan selama di Negeri Ginseng sana. Yang pasti apa pun itu, gue menunggu buat tahu.

Divya yang biasanya gak berhenti mengoceh soal keseharian hidupnya, tiba-tiba memutus kontak dengan kami semua. Nayla dan Thala yang paling dekat sama dia pun gak dikabari. Bukan berarti gue gak dekat sama Divya, hanya saja karakter dia yang cukup ekstrim gak sepenuhnya bisa fit in sama karakter gue.

Di tahun ketiga gue kenal dia, Divya justru pergi. Meninggalkan semua yang dia miliki di sini. Keluarga, teman, cinta. Lama banget dia pergi, hampir empat tahun dan gak pernah ada kejelasan apa-apa. Suka gak suka, harus diakui kalau gue turut andil merindukannya.

Lalu hampir empat tahun setelahnya, dia kembali. Tanpa kabar atau pemberitahuan sebelumnya, persis waktu dia pergi dulu. Bedanya, kali ini momentumnya kurang baik jadi gue dan teman-teman lain gak bisa banyak ngobrol dari hati ke hati dengannya.

S E N A N D I K A  2.0 | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang