N A Y L A
Waktu Elang bilang mau nganter gue sama Thala ke Solo, sejujurnya ada satu ketakutan yang gue rasa. Tapi toh, kemungkinannya kecil terjadi. Berdoa saja, hari ini sama seperti pikiran liar gue lainnya yang gak terjadi.“Nay.”
Lebih dari sepuluh kali, Elang memanggil gue untuk menyahuti pertanyaan atau tingkah gak jelasnya. Kadang manggil doang, kadang cuma minta ambilin selimut, kadang ngajak ngobrol soal si Boi kucing peliharaannya dari Ashita.
Dan gue, pasti akan selalu menanggapinya. “Ya, Lang?”
“Aca tidur?” Senyum gue mengembang setiap Elang manggil Thala dengan sebutan Aca, kesannya kaya sayang banget.
Iya, semenjak Divya pergi si Elang ini salah satu orang paling peduli sama gue dan temen-temen gue. Selain Ashita, Thala jadi salah satu yang paling dia perhatikan karena Thala deket banget sama Divya.
“He-eh, capek pasti dia nangis terus.”
“Hooh, syukur deh. Yaudah jangan dibangunin,” ucapnya paham lalu menyodorkan selimut miliknya ke gue. “Tolong pakein ke Aca, biar anget. Takut sampe Solo masuk angin lagi gara-gara AC pesawat.”
Apa gue bilang ‘kan? Elang sesayang itu sama Thala. Sayang yang kaya saudara maksud gue, bukan sayang laki-laki ke perempuan.
“Lang, gue boleh nanya sesuatu gak?” Dari dulu gue penasaran. Kata Ashita, Elang ini anak yatim-piatu dan berasal dari panti asuhan. “Maaf ya kalo kesannya gak sopan, gue pernah denger dari Ashita, katanya ... lo dulunya anak panti ya?”
Ekspresi wajah Elang sulit ditebak, tapi gue yakin gak ada malu barang setitik. “Iya, dari kecil, Nay.”
“Lo ... berapa lama di panti?”
“Lumayan, lebih dari sepuluh tahun kayaknya. Orang Mami sampe bosen liat muka gue hahaha,” sahutnya tanpa beban. “Kenapa? Penasaran ya lo?”
“Hng, dikit sih.”
“Santai, Nay. Gua gak bakal nyaplok kok cuma gara-gara lo nanya panti.”
Kata Ashita juga, Elang gak pernah mau terima setiap ada keluarga yang mau mengangkatnya. Sampai sekarang gak ada yang tahu apa alasannya.
“Tanya satu lagi boleh?”
“Mau tanya sepuluh juga boleh, Nay, gak ada larangan buat cewek cantik dan baik hati kaya lo hehehe.”
Gue tersenyum geli sebentar lalu bertanya lagi, “Lo ... pernah punya keluarga angkat gak?”
Sama seperti pertanyaan soal panti, raut muka Elang kembali gak bisa gue raba. Entah dia sedih, entah dia marah, atau entah dia malu. Karena wajahnya datar, gak ada emosi yang mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E N A N D I K A 2.0 | ✔
RomanceSegala hal di dunia hanya sekali, setidaknya. Sekali hidup, sekali mati. Namun, ada juga hal yang terjadi beberapa kali seperti banjir di ibu kota atau demo akibat pendapat yang selalu diajukan tak kunjung menjadi nyata. Perihal perasaan, misal. Ba...