#Rasa 29 : Fail and Fall

127 25 3
                                    

E L A N G

“Gimana? Ketemu anaknya?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Ketemu anaknya?”

Suara serak-serak basah Ryan Tedder menggaungkan salah satu tembang OneRepublic yang sering didengar Ashita waktu sendiri kini beralih menjadi lagu favorit gua. Dalam mobil, hujan deras di luar, dan suasana hati gak karuan. Pas banget.

“Elang Ramdhan, lo gak mendadak bisu ‘kan?”

Enggak.”

“Terus kenapa diem aja? Lo gak ketemu sama Rahma?”

Ketemu,” sahut gua cepat lalu kembali menghela napas demi meminimalisir rasa sesak di hati. “Tapi dia udah ditemenin Brian, Ca.”

Sekarang gantian Aca yang diem. Kayaknya dia pun sama gak menyangkanya kaya gua kalo bakal begini akhirnya. Pasalnya waktu dia kasih tau gua soal Billah dan Teo kampret berantem gua langsung cabut dari salah satu kafenya si Paduka yang gak jauh dari Frasa Karsa. Gak sampai sepuluh menit dan gua udah keduluan sama Brian.

“Sorry, Lang. Maafin gue ya ....”

Gak perlu lah, emang lo bikin salah apa?” tukas gua berat. “Kalo ada yang harus minta maaf di sini tuh gua orangnya, bukan lo.”

Maaf, karena lagi-lagi gua terlambat dan harus mengalah sama orang lain lagi demi Billah.

Dari sana, Aca terdengar gak senang. “You’ve said before that’s not my fault so do you, Lang. Itu kebetulan aja, lo jangan terlalu kecewa.”

Gua gak kecewa.”

“Terus apa namanya?”

Sadar diri.”

“Gosh!”

Udah dah, gua tutup dulu. Kalo kelamaan nanti bos lo ngamuk lagi, repot.”

“Lang, wait.”

Hm?”

“Don’t lose her again, Lang. Lo gak boleh kehilangan Rahma lagi karena apa pun atau siapa pun.”

Mendengar gak ada jawaban atau sahutan dari gua, Aca berujar lagi. “It hurts me whenever I saw you dumped. So please, please be happy this time. Okay?”

“I’ll try.”

“Elang!

Byee!”

Panggilan suara itu gua tutup untuk kemudian diganti rasa kecewa yang merangsek masuk, membuka luka lebih lebar dan memantik pedih begitu dalam. Gua masih di sini, di dalam mobil. Gua masih di sini, menyaksikan Billah yang terlihat jauh lebih baik daripada waktu menelpon gua dengan suaranya yang serak karena terlalu banyak menangis.

S E N A N D I K A  2.0 | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang